Mohon tunggu...
Nanik Sulistiani
Nanik Sulistiani Mohon Tunggu... Guru - BIRUL WALIDAIN

Nanik Sulistiani lahir di Surabaya. Pembina ekstrakurikuler KIR dan Jurnalistik sekaligus pemimpin redaksi majalah madrasah Asmaa ul Husna. Karya Nanik Sulistiani dan peserta didik MTsN 4 Blitar berbentuk buku dan ber-ISBN: 1. Antologi Puisi Boom, Membuncah Asaku, 2. Antologi Cerpen Untukmu, Ibu. 3. Kumpulan KIR Siswa MTsN 4 Blitar Prestasiku adalah Ibadahku 4. Kumpulan Resensi Guru Terbesar Saya adalah Otak Saya. 5. Bunga Rampai Karya Ilmiah, Laporan Percobaan, dan Esai Generasi Emas. 6. Antologi Cerita Pendek, Cermin Diri. 7. Kumpulan Resensi, Mahkota Bunda. 8. Novel Perdana Berjudul JAMILAH 9. Buku Berjudul Takrir, Kumpulan Karya Ilmiah 10. Antologi Cerpen Berjudul Membuatku Mengerti 11. Buku Kumpulan Teks Diskusi, berejudul Open Minded and Closed Minded Semoga, perjalanan karir menulisnya berjalan lurus, tetap pada komitmen awal menulis dengan nurani, berusaha untuk tidak menghakimi, dan membuka diri untuk kritik konstruktif. Gerakan memberantas Buta Membaca Lumpuh Menulis semoga terus menjadi arah tujunya. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Terundung Tak Selayaknya Terus Murung

13 Agustus 2020   18:37 Diperbarui: 13 Agustus 2020   18:35 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbanding terbalik dengan aktivitas anak muda yang sepertinya tidak berpengaruh pandemi. Hingar bingar sound sistem saat sahur dengan dangdut koplo sebagai aliran musiknya menandakan generasi always happy fun. 

Sementara poskamling di tiap RT memegang peranan penting menghalau maling. Maling yang bergerak serentak di tiga desa berbeda. Nasib para maling pun beragam, ada yang berhasil meloloskan diri dan ada yang babak belur di massa. Penutupan jalan pada jam malam  di gang-gang desa menjadi pemandangan yang familiar. Semuanya untuk waspada corona. Satu ikhtiar untuk kebaikan bersama.

Konklusi Mei 2020

           Tugas kemanusiaan yang bisa kita emban adalah menjaga kesehatan mental masing-masing agar imun tubuh tetap terjaga, dengan cara memperlakukan diri sendiri dengan bijak. Berjemur, menanam pohon, sayur, atau pun buah. Memanfaatkan pengaruh kuat antara alam dan kesehatan tubuh untuk memunculkan kebahagiaan. Secara teori manusia mengalami tiga dimensi yaitu ancaman, dorongan, dan kepuasaan. Setiap dimensi membawa perasaan dan motivasi yang berbeda, di antaranya kecemasan, kegembiraan, dan ketenangan. Jika respon ancaman akan pandemi berlebihan maka imun tubuh terganggu. Back to religion, solusi tanpa kompromi.

      Ramadan 1441 H adalah momentum untuk mawas diri untul tidak saling memaki, saling berbagi bagi yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi.MUI mengeluarkan fatwa Nomor 23 Tahun 2020 tentang zakat, infaq dan sedekah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh wabah. Termasuk masalah kelangkaan APD, masker, kebutuhan pokok masyarakat. Ramadan merupakan ibadah yang memiliki dampak sosial yakni berbagi dan bagi pribadi berlatih menahan diri.Ramadan sebagaimana makna harfiah panas yang menghanguskan akan meleburkan khilaf manusia dan mengenyahkan wabah.

      Memadumadankan antara tauhid dan ilmiah populer membutuhkan kebijakan berpikir. Agama adalah sumber solusi yang tidak habis untuk terus digali kebenaran hakikatnya. Pikiran-pikiran liar mengembara mencari celah bahwa tidak ada akibat tanpa sebab yang pasti. Mencari jawab atas pandemi sebagai solusi manusiawi. Manusia sebagai makhluk harus terus dalam posisi sadar memahami bahwasanya yang terjadi adalah rangkaian dari skenarioNya. Manusia harus berpikir ulang atas kesewenangannya memperlakukan alam yang berakibat ketidakseimbangan. Alam tidak pernah menghukum. Alam hanyalah perespon bijak dari hukum kausalitas.

      Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Sebagaimana pandemi-pandemi yang pernah melanda dunia sebelum corona sirna seiring berjalannya waktu. Semua ada masanya. Insha Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun