Mohon tunggu...
nanik kartika
nanik kartika Mohon Tunggu... Jurnalis - menulislah, maka engkau ada!

wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

C e m b u r u

14 Maret 2020   11:29 Diperbarui: 14 Maret 2020   11:40 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Atau bisa jadi, motor akan terus melaju, belok ke arah kanan dan melesat ke pintu utama. Pulang! Inu tak berkedip, menatap punggung Amanda yang tertutup ransel warna merah kombinasi hitam, sambil berharap, motor akan berbalik arah.

Benar saja, di depan pintu gerbang, gadis yang tidak tahu sopan santun itu membelokkan motor trailnya. Meluncur menuju ke arah Inu. Reflek tangan kanan Inu membuat gerakan agar laju motor diperlambat.

Zzzreeettt! Kaki kiri dan tangan kiri Amanda gesit memainkan rem. Motor berhenti tepat di depan hidung Inu. Mesinnya masih hidup. Mengganggu sekali. Setidaknya, mengganggu Inu yang selalu merasa was-was motor itu akan melesat sewaktu-waktu. Ia harus mencuri kunci motor, kalau ingin suasana kondusif.

Pencurian kontak motor tidak harus ia lakukan. Amanda mematikan mesinnya. Ia dengan gerakan anggun, turun dari motor. Helmed warna merah yang menutupi sebagian wajahnya, dicopot pelan-pelan lalu ditaruhnya di jok. Rambut berpotongan pendek di bawah telinga itu berkibar-kibar saat pemiliknya melangkah. Masih dengan bibir manyun tanpa senyum. Tapi hal itu sudah sangat melegakan Inu.

Kaki jenjang berbalut kets warna coklat pudar itu melangkah mantap menuju gazebo yang jaraknya hanya beberapa meter saja. Ia turunkan ranselnya, lalu melepas jaket blue jins-nya. Kaos lengan pendek warna merah marun kombinasi hitam pudar di bagian lengan, membungkus tubuh si nona. Ia duduk di pinggir gazebo dengan kaki terangkat setengah. Menginjak bambu bagian bawah.

Inu melangkah takut-takut, lalu duduk di sisinya. Keduanya diam. Tak ada yang mulai mengajak bicara. Amanda membuang muka jauh-jauh. Tak pernah mau menatap Inu.

''Kalau saya punya salah, saya minta maaf'', Inu akhirnya membuka bibir, bicara pelan-pelan.

Amanda menggerak-gerakkan kaki kanannya.

''Tapi sampai sekarang, saya tidak tahu apa salah saya''.

Amanda mengernyitkan kening, tetap tak bereaksi.

''It's okay, seandainya saya dituduh salahpun, saya akan tetap menerimanya dengan lapang dada. Tapi jangan hukum saya seperti ini'', Inu menghiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun