Mohon tunggu...
nanik kartika
nanik kartika Mohon Tunggu... Jurnalis - menulislah, maka engkau ada!

wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Komunikasi Itu Berwujud Kesabaran

8 Maret 2020   17:47 Diperbarui: 8 Maret 2020   18:01 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Begini kawans, saya mempunyai banyak kisah tentang hati para wanita yang sudah berumahtangga. Dari banyaknya curhatan tentang isi hati mereka, saya akan membaginya dalam beberapa kategori (jailah, kayak lomba ajah).

Keluarga A.

Keluarga yang sangat ideal, yang pasti akan diimpikan banyak orang dimanapun berada. Bagaimana tidak ideal, bila, begitu berumahtangga, semua kebutuhan istri dan anak tercukupi. Istri menjadi ibu rumah tangga biasa yang cerdas dalam mengasuh anak-anaknya. Suaminya pekerja ulet, hingga setiap beberapa tahun, ia selalu naik jenjang. Suaminya bekerja di perusahaan bonafide dengan gaji yang lebih dari cukup. Sehingga, tak heran bila keluarga A ini selalu ada dana khusus untuk membantu saudara-saudaranya yang membutuhkan.

Soal agama bagaimana? Boleh dibilang, keluarga ini sangat religious. Pergi umroh bersama, sholat maghrib di masjid kompleks perumahan selalu bersama, sholat Subuh, ziarah ke makam-makam Wali, pengajian, bersosial, semuanya mereka jalani. Dalam hidupnya, nyaris zero masalah. Kalau toh ada masalah, paling ada temannya atau saudaranya yang berhutang, tetapi sulit mengembalikan. Itupun tidak mereka anggap sebagai masalah. Bagi mereka, semua rejeki Tuhanlah yang mengatur. Sampai di sini, semua clear!

Keluarga B.

Keluarga B ini tidak jauh berbeda dengan keluarga A. Soal materi dan urusan lain-lain, beres semua. Namun seiring berjalannya waktu, ada sedikit disharmoni dalam keluarga tersebut. Suami istri sudah mulai cuek-cuekan seiring bertambahnya usia dan adanya masalah yang mengganjal.

Bagaimana soal keagamaan? Istri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa, sering mengikuti pengajian bersama ibu-ibu lainnya. Ada sebuah komunitas mengejar akherat yang sangat menyenangkan. Setidaknya menurut si istri keluarga B.

Bagi istri B, beragama yang baik adalah rajin sholat, rajin pengajian, berpakaian syar'i, memasang status-status yang agamis, suka nge-share tulisan-tulisan agamis, tidak boleh mengkritik ulama di kesempatan apapun, baik langsung maupun di WA grup (WAG), dan lain-lain yang bisa terlihat secara fisik.

Padahal, hubungan suami istri di keluarga B ini sudah cuek-cuekan. Hubungan seperti ini, menurut agama, kan sudah tidak boleh? Harus segera diperbaiki maksudnya. Hati istri B ini boleh dibilang, memiliki hati yang mudah tersinggung, meskipun ilmu agamanya banyak. Berbeda pendapat di WAG saja, bisa membuat hatinya sakit. Sampai di sini, paham ya Lur?

Keluarga C.

Keluarga C ini sangat bertolak belakang dengan keluarga A dan B. Secara materi dan agama, keluarga ini berantakan. Suami berpenghasilan sedikit dan suka marah-marah. Hatinya sangat kaku. Beda pendapat saja, bisa menimbulkan perang dunia berkepanjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun