Mohon tunggu...
nanik kartika
nanik kartika Mohon Tunggu... Jurnalis - menulislah, maka engkau ada!

wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Situs Kerajaan Pajang (Bagian 1 dari 2 Tulisan)

23 Januari 2020   17:11 Diperbarui: 27 Januari 2020   04:08 1642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : Pintu gerbang Yayasan Kasultanan Karaton Pajang | dokpri

Sukoharjo -- Setelah munculnya Keraton Agung Sejagat (KAS) di Purworejo yang ujung-ujungnya pada penangkapan Raja dan Ratu abal-abal, dimungkinkan masih banyak keraton yang bermasalah di tempat lain. Contohnya di wilayah Sukoharjo, ada petilasan keraton Pajang yang hingga saat ini masih eksis. Meski begitu, ada dua kubu yang sampai sekarang belum ada titik temu. Bagaimana keadaan yang sesungguhnya, mari kita telusuri.

Situs Keraton Pajang berada di Dukuh Sonojiwan, Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Bila dari tugu tani pertigaan Kartasura, arahnya menuju ke timur sekitar 5 kilometer.

Memasuki Dukuh Sonojiwan yang bergang kecil, pengunjung bisa dengan cepat menemukan pintu gerbang Yayasan Kasultanan Karaton Pajang dan petilasannya. Letaknya bersisian satu lokasi.

Di yayasan ini, pengunjung bisa memasuki areal keraton seluas 3000 persegi. Sebuah masjid agung bernama Surojiwan, terletak persis di depan pintu gerbang. Selain itu juga ada balai agung atau tempat pisowanan. 

Di sebelah balai agung ada kolam renang yang kondisinya kurang terawat. Hanya tiga ini yang bisa dinikmati pengunjung secara bebas, dalam arti tidak memerlukan ijin khusus. Namun bila ingin melihat pusaka, dan isi yang berada di dalam balai agung, harus ijin abdi dalem terlebih dahulu.

Di yayasan yang diberi nama Kasultanan Karaton Pajang ini, dipimpin oleh seorang sultan bernama Kanjeng Raden Adipati (KRA) Suradi (54 tahun). Yayasan berdiri sejak tahun 2010 dengan keputusan Kemenkumham.

Setelah resmi keluar ijin dari Kemenkumham, yayasan ini melakukan tujuh agenda dalam setiap tahunnya.      

''Dalam satu tahun, kami melakukan tujuh kegiatan yaitu merayakan satu Suro berupa kirab pusaka, jumenengan, napak tilas Joko Tingkir, larung agung di Parangkusumo, haul Joko Tingkir, ziarah ke makam leluhur dan wetonan yang diadakan setiap malam Jumat Wage,'' jelas KRA Suradi di balai agung.

Lebih lanjut KRA Suradi menjelaskan, pada tahun 2009 dirinya dinobatkan menjadi Sultan di Kasultanan Karaton Pajang oleh Sultan Suryo Alam di Kasultanan Dhimak, Demak, Jawa Tengah, gelar Kanjeng Raden Adipati. Beberapa tahun kemudian, KRA Suradi menerima gelar lagi yaitu Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV.

''Saya dinobatkan untuk menjaga peninggalan Joko Tingkir leluhur kami,'' kata pria yang kesehariannya sebagai kontraktor ini.      

Para pengikutnya atau abdi dalem, jumlahnya ribuan yang tersebar di wilayah Jawa Timur meliputi Malang, Gresik, Surabaya, Kediri, dan Magetan. Di Jawa Tengah meliputi Karanganyar, Purwodadi, Wonogiri, Sukoharjo, dan Klaten. Bahkan sampai Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun