Mohon tunggu...
Nani Cahyani
Nani Cahyani Mohon Tunggu... -

menulis adalah percakapan dengan diri sendiri dan semesta alam yg terangkum dalam benakku yg terindah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rendezvous Siang di Pulau Buton

12 Maret 2014   13:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:01 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

By. Nani Cahyani
Dunia tak seperti apa yang ada dalam benakku ketika menjelang siang sepulang dari mengadakan penelitian, beberapa teman sejawat bercerita dengan bangganya mereka bertemu penulis novel terkenal Anna, saya memang pernah membaca karya-karyanya diantaranya “Eksotik dan Titisan Dewa”, “Sang Pengkhayal” dan beberapa kisah fiksi lainnya yang ditulis oleh Anna. Bertemu Anna tidaklah mudah karena seorang penulis terkenal seperti dirinya pasti dikenali hingga penjagaannyapun ekstra ketat, menurutku wajarlah penjagaan yang ketat untuk seorang Anna yang kualitas daya imajinasinya luar biasa, untuk sebuah kecerdasan teramat sangat precious ketika disaat ini kenampakan fisik dapat saja dipoles dengan mudahnya. Dengan sedikit terburu-buru saya menuruni beberapa anak tangga dan dibeberapa anak tangga biasanya saya bertemu beberapa mahasiswa yang selalu menyapa “ibu”….mereka tersenyum penuh rasa hormat, yaa pekerjaan menjadi dosen itulah yang kulakoni sekarang. Kuakui sangatlah menyenangkan menjadi dosen tapi tanggung jawabnya tidaklah mudah karena mengajar dan mendidik dua hal yang sangat bertolak belakang, saya bisa saja dengan mudahnya menjelaskan tenses sebagai contoh dan selesai, tapi tugas mendidik yang terasa sangatlah berat buatku. Profesi dosen identik dengan usia dimana saya harus terdewasakan oleh keadaan walau sebenarnya sifat kekanak kanakanku masih tertanam kuat, tak menyukai sesuatu yang penuh aturan, bebas menikmati alam, mengamati sekelilingku lantas berfikir sendiri dan masih banyak kegilaan kegilaanku yang menurutku itulah diriku.
Seperti kegilaan kegilaanku bertemu dengan orang-orang terkenal adalah hal yang luar biasa buatku jika berkesempatan memamerkan foto fotoku dengan beberapa orang terkenal, tentunya memamerkan terlebih dahulu pada keluargaku terutama Ibuku. Beliau adalah wanita yang idealis, wanita yang percaya bahwa Tuhan mesti terhadirkan dalam setiap gerak dan bisikan hati. Beliau selalu mengajarkan pada kami untuk percaya pada keinginan hati dan yang terpenting ibu selalu berpesan sesibuk apapun kamu ingatlah janganlah meninggalkan shalat lima waktu. Ibu segalanya buatku bahkan hanya untuk sebuah senyumannya usaha dan kerja kerasku mesti selalu buat ibuku. Beliau tak pernah menertawai mimpi mimpiku tentang meyakini jika suatu saat saya akan bertemu dengan beberapa orang terkenal yang saya kagumi. Jika diriku mulai sibuk bercerita ibu akan mendengarkan dengan sabarnya dan berkata iya keinginanmu akan terkabul karena Tuhan mendengar kata hati.
Entah mengapa hari itu sepulang dari kampus saya tidak langsung berbelok ke kearah Betoambari tapi terus melaju menuju Benteng Keraton Buton seperti ada yang menarikku kesana. Entah apa yang menarikku seperti hasrat yang teramat sangat untuk menenangkan diri, karena biasanya saya selalu kesana tapi kebiasaanku kesana berhenti sesaat karena saya melanjutkan pendidikan S2 di Makassar. Dengan berkendara saya melaju menuju keraton Buton. Dari kejauhan masih Nampak megah dan kokohnya benteng keraton Buton seperti bertutur pada tiap generasi betapa pulau Buton terselimutkan oleh batu batu kokoh benteng yang menunjukkan kekuatan, suguhan pemandangan laut adalah hal terindah yang menghipnotis pemikiran, dan disisi lainnya hamparan hutan yang masih terawat serta terlihat sungai yang berkelok kelok dibawah benteng keraton adalah symbol yang menunjukkan sungai selalunya rindu bertemu dengan samudera luas kebebasan. Seperti Kebebasan yang kumiliki hari ini ketika Pilot Studyku telah selesai dan secepatnya diriku kembali ke Makassar hanya untuk melaporkan hasil pilottingku kedalam proposal penelitian. Saya ingin merayakan kebebasanku bersama alam dibenteng keraton Buton. Pikiran-pikiran itu hadir dibenakku hingga keinginanku berhenti ketika berada disalah satu sudut benteng sambil menghadap melihat kehamparan birunya laut, suguhan biru lautan seakan-seakan dengan egoisnya benakku memproklamirkan bahwa inilah kebanggaanku Pulau Buton yang indah nan eksotik, dengan hp tiap moment  keindahan kuabadikan  yang ku mengerti memotret adalah mengabadikan kenangan.

Hingga diujung benteng mataku melihat seseorang yang dengan tenangnya menulis walau angin cukup kencang disekitarnya. Dengan santainya wanita itu mendekatiku dan setelah cukup dekat disampingku dia menawarkan coklat yang ada digenggamannya dan mengambil beberapa dari dalam tas yang dibawa bersamanya. Tanpa malu malu saya mengambilnya karena sepulang dari kampus saya langsung menuju Benteng keraton. dan belum sempat makan siang Dia mengulurkan tangannya nama saya Anna.., owh iya dengan bingung saya menjawab "saya Alya," sambil bersalaman. Persahabatan tulus darinya dengan menawarkan makanan cukup membuatku berterima kasih hingga percakapan kami natural mengalir tentang hidup dan mimpi-mimpi. Hingga selang tak beberapa lama tiga buah mobil tepat berhenti didekat kami dan mereka pun mendekati Anna dan satu dari mereka pun bertanya ada ide menulis yang didapat dari sini, Anna pun mengangguk iya.. kedamaian hati yang terindah itu disini. Tiba-tiba fikiranku tertuju pada penulis yang terkenal itu ya namanya Anna tepat didepanku.. nampaklah diriku terlihat kikuk Anna penulis yang tiap orang membicarakan tulisannya, duniaku hari itu tak seperti benakku yang mungkin telah keliru menganggap mereka yang terkenal berlebihan, Pikiran-pikiran Anna dan sikap Anna merubah  pemikiranku yang yang sedikit keliru selama ini. Hingga saya  menyimpulkan bahwa tiap orang adalah hebat dan berharga.
Anna tersenyum padaku sambil memberikan kertas dan pena serta novel tulisannya. Katanya “Alya saya baru mengenalmu karena detiklah yang mempertemukan kita, saya berterimakasih karena dirimu mau berbagi hamparan biru yang indah di Kotamu kelak dirimu akan melebihi impianmu ketika kau meyakininya dan tiap orang disekitar kita adalah orang-orang hebat dan berharga hanya saja apa yang kita bakati membuat kita berbeda dengan kualitas yang berbeda dibidang masing-masing”.
Langit Makassar, 12 Maret 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun