Mohon tunggu...
NB
NB Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan Berjasa Itu Bernama Ibu

3 Desember 2020   11:36 Diperbarui: 3 Desember 2020   11:48 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
milik yunandri agus

Selasa 1 Desember 2020 di Pamekasan, Madura, ada suatu rumah di pinggir jalan di kepung oleh sekitar 200 pria berbaju gamis sambil berteriak menyebut nama menko polhukam Bapak Mahfud MD.

Kelompok berpeci putih mengajak agar Bapak Mahfud MD keluar rumah dengan nada marah karena di anggap tidak menghormati imam besar mereka, Habib Rizieq Shihab.

Dengan tingkah menggoyang pintu pagar dan berteriak-teriak memasakan kehendak ingin bertemu seorang menteri dari kabinet presiden Jokowi sekitar enam menit. Padahal pada saat itu bapak menteri menko polhukam sedang bertugas di Jakarta dan bertempat tinggal pula di ibukota negara.

Ketika kejadian berlangsung di rumah tersebut hanya ada empat perempuan yaitu dua perawat, kakak pak Mahmud Md berumur 70 tahun dan ibu kandung beliau berumur 90 tahun.

Kejadian yang menjadi viral di dunia maya meninggalkan cerita tentang perasaan gado-gado. Ada marah, ada lucu dan sedih karena terlihat kebodohan sikap para pejantan gamis juga karena tingkah yang tidak sesuai dengan revolusi akhlaq.

Kejadian tersebut membuat murka mantan hakim konstitusi 2008-2013. Beliau berkata kepada rakyat Indonesia bahwa mereka mengganggu ibu saya, bukan menko polhukam.

Pernahkah teman pembaca mendengar berita ada seorang anak laki-laki berumur sekitar tujuh sampai tujuh belas tahun membela sang bunda dari gangguan pria jahat?

Dari kisah heroik tersebut bisa di bayangkan betapa murkanya si anak akibat perlakuan zolim dari kaum perkasa. Bahkan sampai ada si anak yang terpaksa membunuh pria preman itu. Ada surga di telapak kaki ibu.

Dengan tulisan di atas teman pembaca bisa menebak isi logika dari bapak menteri polhukam tentang prilaku pendukung imam besar revolusi akhlaq saat di depan rumah ibu kandungnya.

Sejak kejadian tanggal pertama bulan desember 2020  saya ingat kembali kisah bagaimana loyalis pencipta dan penguasa alam semesta mendapatkan gelar sangat buruk dengan vonis seumur hidup yaitu batal menjadi penghuni surga.

Mahluk loyalis pemilik alam semesta ini bersikap sombong kepada mahluk lain ialah manusia. Iblis beranggapan bahwa manusia tidak pantas di hormat karena mereka adalah kaum hina dan mempunyai banyak kemiskinan seperti ilmu dan ibadah.

Memang benar ketika terjadi seremoni itu manusia pertama belum punya sedikit pun kehebatan yang bisa di agungkan.

Namun sang pencipta dan penguasa alam semesta membuat aturan pasti bahwa mahluk loyalisnya harus berada di tempat terburuk bernama neraka. Tempat penyiksaan tanpa henti untuk mahluk terkutuk.

Selanjutnya mahluk terkutuk itu terus mengganggu manusia agar ikut dalam kesesatan dan menjadi teman abadi di neraka. Ada pula kesepakatan bahwa berperang melawan iblis adalah keharusan.

Ternyata percuma pula bersikap sempurna jika prilaku hanya melahirkan sikap kebencian antar warga. Berbuat baik menjadi mubazir saat penilaian lingkungan menjadi buruk.

Tetap merendah tanpa hina, tetap bersinar tanpa menyilaukan mata.

        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun