Cerai! Aku minta cerai! Cerai! Pokoknya aku mau cerai!"
     Begitulah kalimat yang keluar dari mulut istri kawan lama ku yang punya panggilan Bro.
     "Alasan istri lo minta cerai?" tanya ku merasa heran.
     "Aku muak! Aku bosan dengan keadaan seperti ini!" bro meniru ucapan istrinya.
     "Emangnya keadaan lo bagaimana? Kayaknya nggak ada yang berubah, masih seperti yang dulu," aku menjawab dengan santai.
     Kawanku yang punya nama lengkap Brojol mulai bercerita penyebab istrinya menjadi murka.
     "Memang ya penampilan gue masih bagus, tapi sebenarnya hancur," cahaya wajah Brojol mulai meredup.
     Aku mulai serius. Senyuman di bibirku mulai menghilang.
     "Tiga perusahaan gue tutup. Dua puluh surat proposal di perusahaan milik negara dan swasta nggak satu pun yang lolos seleksi. Hutang bertambah banyak. Rumah utama dan dua rumah buat warisan anak-anak gue jual demi biaya hidup. Gue bangkrut," mata Brojol mulai tergenang air.
     "Kenapa bisa begitu bro?"
     "Gue salah investasi, gue kena tipu," suara Brojol melemah.