Mohon tunggu...
Nando Sengkang
Nando Sengkang Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Penikmat Filsafat, Politik, Sastra, dan Sepak Bola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sampah: Merawat Kepedulian, Memprovokasi Aksi

1 Desember 2019   17:00 Diperbarui: 4 Desember 2019   00:06 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita meneropong realitas tempat kita berpijak, mengais rejeki, dan pancaran kebahagiaan, tentu kita menemukan tempat-tempat yang sedikit ternoda oleh pelbagai sampah yang tersebar dan berserakan di mana-mana. Ambil contoh mengenai realitas di wajah ibu kota, kita akan menemukan sampah-sampah "liar" di segala tempat, bahkan sungai juga menjadi tempat sampah favorit warga ibu kota.

Bahkan, sangat aneh jika kita melewati suatu daerah di ibu kota yang bebas sampah, hal itu bukanlah pemandangan positif atau prestasi luar biasa, melainkan seperti suatu mujizat yang terjadi, sangat kontras dengan realitas ibu kota.

Bukah hanya wajah ibu kota yang sudah ternoda oleh pelbagai sampah, dua bulan yang lalu bangsa Indonesia digegerkan oleh berita kematian paus jenis sperma wales, dengan panjang 9,5 m dan lingkaran badan 437 cm, di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Kompas.com 20/11/2018). Setelah ditelisik lebih dalam, penyebab kematian paus tersebut yakni paus menelan sampah-sampah plastik yang sulit dicerna. Sampah-sampah plastik tersebut mempunyai bobot 5,9 kg.

Berita tersebut, selain menggemparkan, juga sangat menyedihkan karena dapat kita ketahui bahwa segala tempat, baik di darat, juga di laut, sudah menjadi tempat pembuangan sampah sembarangan. Tak heran, bukan hanya di daratan yang sudah ternoda, laut juga sudah tercemar oleh sampah-sampah. Berita kematian paus dan melihat realitas ibu kota melahirkan gejolak, kecemasan, kepedulian dalam diri penulis, sehingga memantik penulis untuk menulis dan berteriak menolak pembuangan sampah secara liar dan mewujudkan cita-cita masyarakat bebas sampah!

Meneropong Akar Masalah

Masalah sampah sudah menjadi hal yang biasa. Pelbagai seminar bebas sampah di segala penjuru tanah air sudah dilakukan, ribuan perbincangan masalah sampah di meja diskusi masih terus dilaksanakan, juga pelbagai aksi nyata memilih sampah, gotong royong membersihkan selokan, dll, sudah diwujudkan.

Akan tetapi, pelbagai cita-cita mulia tersebut masih merupakan impian belaka, bahkan belum sepenuhnya terwujud. Penulis juga sudah mengikuti seminar, diskusi dan aksi nyata, namun semua cita-cita masyarakat bebas sampah itu masih belum terwujud, terasa masih sangat jauh. Hal inilah yang memancing penulis untuk mencoba meneropong realitas, sehingga dapat melihat lebih jauh akar masalah yang ada, yang menyebabkan cita-cita di atas belum terwujud.

Menurut teropong penulis, akar permasalahan sangat sederhana, yang disebabkan oleh setiap individu, yaitu minimnya sikap peduli dalam diri setiap individu. Hal ini membuat sikap peduli semakin merosot, miskin! Kepedulian terhadap masalah sampah, misalnya di ibu kota, menjadi tanggung jawab petugas kebersihan saja, juga pihak-pihak lain yang bertugas.

Sedangkan masyarakat lainnya asik bermain dengan keegoisan yang semain tinggi. Dengan demikian, sikap peduli semakin merosot dalam realitas hidup kita, sehingga tak heran masalah di atas masih bergulir dalam hidup kita, tanpa jalan solusi!

Memprovokasi Aksi

Jika kita menarik benang sejarah, pemerintah Indonesia sudah bijak menangani masalah sampah, yaitu mengeluarkan UU No.18 tahun 2008 tentang 

pengelolaan sampah. Pasal 1 menyuarakan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah yang dikelola yaitu sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga (kawasan industri, kawasan khusus, dan fasilitas umum), dan sampah spesifik (sampah beracun), suara pasal 2.

Bunyi kedua pasal di atas sangat gamblang menerangkan bagaimana mengelola sampah. Harus sistematis! Mengelola sampah dilakukan secara teratur, juga tersetruktur, serta menyeluruh, baik di dalam rumah, maupun di lingkungan sekitar yang meliputi segala sektor kehidupan kita, dan kontinuitas, dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan terhadap jenis-jenis sampah di atas. Dengan demikian, mengelola sampah secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan, cita-cita masyarakat bebas sampah dapat terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun