Mohon tunggu...
Nanda Riki Wahyu
Nanda Riki Wahyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Author

Hallo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Milad Muhammadiyah Ke-109 "Optimis Bersatu Hadapi Covid-19"

28 November 2021   21:58 Diperbarui: 28 November 2021   22:11 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhammadiyah akan selalu hadir ketika bangsa memanggil ataupun membutuhkan dalam hal misi kemanusiaan. Dalam menjalankan misi kemanusiaan ini, Muhammadiyah tidak memandang latar belakang, perbedaan agama, dan etnis, dan lainnya. Muhammadiyah menganggap bahwa semua lapisan masyarakat yang terdampak suatu bencana harus diberikan uluran tangan.

Muhammadiyah dalam menanggapi bencana selalu mempertautkan antara teks-teks normatif dalam Al-Qur’an dan Hadiat dengan ilmu pengetahuan modern. 

Karena Muhammadiyah mengusung jargon tajdid, sedangkan cara pandang Muhammadiyah dalam melihat realitas sosial, termasuk Covid-19 selalu menggunakan pendekatan integrative : Bayani, Burhani, dan Irfani. 

Muhammadiyah menolak pandangan atomistic dan parsial, apalagi irrasional yang menganggap bahwa suatu wabah terjadi akibat hal-hal yang berbau mistik, itu merupakan tidak ada kaitannya dengan terjadinya suatu wabah bencana. 

Muhammadiyah berpandangan bahwa suatu bencana terjadi karena 2 hal. Pertama, Sunnatullah, bencana terjadi karena proses alamiah. Kedua, bencana terjadi karena perilaku atau ulah manusia yang berlebihan.

Dalam menghadapi semua musibah termasuk wabah Covid-19 ini, agama mengajarkan untuk selalu membangun dan meneguhkan sikap optimisme dan menghindari sikap putus asa (QS. Al-Hajr [15]: 56). 

Dalam perspektif Muhammadiyah, partisipasi dari semua pihak dengan segala cara bahkan sekecil apapun usaha yang dilakukan dalam mencegah penyebaran Covid-19 sudah termasuk ibadah dan telah dianggap berpartisipasi dalam jihad kemanusiaan. 

Gerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19, yakni dengan memberikan tuntunan agar memperbanyak zakat, infak, dan sedekah serta memaksimalkan penyalurannya. Terutama kepada kelompok yang rentan dan terdampak wabah lainnya, seperti pembelian masker, hand sanitizer, sembako, dan kebutuhan lainnya.

Untuk menopang misi kemanusiaan ini, Muhammadiyah telah mempunyai lembaga khusus yang bernama Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) atau yang biasa disebut Muhammadiyah Disaster Management Cente (MDMC). 

Lembaga ini diback-up oleh Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZIZMU) bersama semua komponen organisasi struktural dan Amal Usaha Muhammadiyah, terutama oleh ribuan tenaga medis yang tersebar di 457 Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Indonesia, dan para ilmuan yang tersebat di 173 Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

Beberapa kebijakan lain yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam mengoptimalkan penyebaran  Covid-19. Dengan adanya pembentukan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) yang bertugas untuk mengkoordinasikan berbagai program dalam rangka menanggulangi pandemic Covid-19. Dan Muhammadiyah menghimbau agar Shalat Jumat diganti dengan Shalat Dhuhur dan Shalat Jamaah Fardhu di masjid supaya dilaksanakan di rumah masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun