Mohon tunggu...
Nanda Oktaviana
Nanda Oktaviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menangani Krisis Pangan di Ethiopia

1 Desember 2024   02:00 Diperbarui: 1 Desember 2024   07:50 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ethiopia saat ini menghadapi krisis pangan akut yang dipengaruhi oleh konflik berkepanjangan, dampak perubahan iklim seperti kekeringan akibat El Nino dan ketidakstabilan ekonomi. Krisis ini menyebabkan jutaan orang membutuhkan bantuan pangan darurat, sementara sistem pertanian domestik kesulitan memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah. Menggunakan teori liberal institusi pemerintah Ethiopia dapat menangani krisis ini melalui pendekatan multilateral yang melibatkan kerja sama internasional dan peran institusi global. Pendekatan ini menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara untuk mengatasi tantangan global yang kompleks seperti krisis pangan. Hal utama yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan peran institusi internasional seperti World Food Programme (WFP) serta Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). WFP dapat mendistribusikan bantuan pangan darurat ke wilayah-wilayah yang paling terdampak konflik dan kekeringan,  memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi. Sementara FAO, dapat membantu rehabilitasi sektor pertanian Ethiopia melalui penyediaan benih tahan kekeringan, alat pertanian dan pelatihan bagi petani. Dengan dukungan dari institusi-institusi ini Ethiopia dapat mengurangi dampak langsung dari krisis pangan sekaligus mempersiapkan langkah pemulihan jangka panjang.

Liberal institusi menekankan pentingnya stabilitas ekonomi dan perdagangan bebas. Kerja sama dengan institusi seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) dapat membantu mengamankan pendanaan lunak untuk memperkuat sektor pertanian. Dana ini dapat digunakan untuk membangun infrastruktur irigasi, mengelola sumber daya air dan memperkenalkan teknologi pertanian yang lebih efisien. Namun di sisi lain, pemerintah Ethiopia dapat memanfaatkan platform Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk memperjuangkan penghapusan hambatan perdagangan yang membatasi akses Ethiopia ke pasar internasional dengan memperluas pasar ekspor produk pertanian. Ethiopia dapat meningkatkan pendapatan nasional sekaligus memperbaiki keseimbangan pasokan pangan. Transfer teknologi juga menjadi aspek penting dalam strategi ini. Ethiopia dapat menjalin kerja sama dengan negara-negara maju seperti Belanda atau Israel yang memiliki teknologi pertanian modern seperti irigasi tetes dan rekayasa genetika benih. Institusi penelitian global seperti CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) juga dapat berperan dalam menyediakan solusi berbasis ilmu pengetahuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Ethiopia. Penerapan teknologi ini memungkinkan negara tersebut untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan dan meningkatkan ketahanan pangan secara keseluruhan.

Krisis pangan di Ethiopia tidak dapat diselesaikan tanpa menyelesaikan akar permasalahannya yaitu konflik bersenjata yang melanda negara tersebut. Institusi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Afrika memiliki kapasitas untuk melakukan mediasi konflik dan mendorong proses perdamaian. Pendekatan ini diperlukan untuk menciptakan stabilitas domestik yang menjadi persyaratan bagi ketahanan pangan. Selain itu, Ethiopia dapat bekerja melalui Intergovernmental Authority on Development (IGAD) sebuah forum regional untuk memastikan stabilitas di Tanduk Afrika dan memperkuat kerja sama kawasan dalam menangani krisis pangan. Upaya multilateral juga harus mencakup peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi petani Ethiopia. Program yang didukung oleh institusi internasional seperti UNESCO dan FAO dapat memberikan pelatihan tentang praktik pertanian dan efisiensi penggunaan sumber daya. Langkah ini tidak hanya membantu meningkatkan produktivitas pangan tetapi juga mengurangi ketergantungan Ethiopia pada bantuan internasional di masa depan. Pendekatan berbasis teori liberal institusi juga menekankan pentingnya pendanaan kolektif dari komunitas internasional. Ethiopia dapat mengakses pendanaan dari program seperti Green Climate Fund untuk proyek pertanian berkelanjutan dan Global Agriculture and Food Security Program (GAFSP) untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah-wilayah yang rentan. Dengan memanfaatkan mekanisme pendanaan ini, Ethiopia dapat membiayai proyek jangka panjang yang memperkuat sektor pertanian dan melindungi masyarakat dari dampak perubahan iklim. Di tingkat kawasan, Ethiopia dapat memanfaatkan platform seperti East African Grain Reserve Facility sebuah inisiatif regional untuk menyimpan cadangan pangan yang dapat digunakan selama masa krisis. Pendekatan ini memungkinkan negara-negara di kawasan Tanduk Afrika untuk bekerja sama dalam memastikan stabilitas pasokan pangan regional serta mengurangi dampak kekurangan pangan di Ethiopia dan negara-negara tetangganya.

Teori liberal institusi memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menangani krisis pangan di Ethiopia melalui pendekatan multilateral. Dengan memanfaatkan peran institusi global, memperkuat perdagangan bebas, mengadopsi teknologi modern dan menyelesaikan konflik domestik. Ethiopia dapat membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan. Dengan pendekatan ini tidak hanya membantu Ethiopia mengatasi krisis pangan saat ini saja tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat untuk mencegah terulangnya masalah serupa di masa depan. Kerja sama internasional yang erat diperlukan untuk mencapai tujuan ini mengingat krisis pangan adalah tantangan global yang membutuhkan solusi kolektif.

Referensi:

Sutrisno, A. (2020). Analisis dampak krisis pangan terhadap human security di Etiopia. ResearchGate. https://www.researchgate.net/publication/347587113_Analisis_Dampak_Krisis_Pangan_terhadap_Human_Security_di_Etiopia

Sugianto, A. (2024). Krisis pangan di Ethiopia. Academia.edu. https://www.academia.edu/95131687/KRISIS_PANGAN_DI_ETHIOPIA#:~:text=Kekeringan%2C%20degradasi%20lahan%2C%20tekanan%20populasi%2C%20ketidakstabilan%20dan%20konflik,di%20Ethiopia%20dan%20berdampak%20pada%20keamanan%20manusia%20Ethiopia.

Metro TV News. (2024, November 30). Krisis pangan Ethiopia: FAO serukan bantuan untuk 13 juta warga. Metro TV News. https://www.metrotvnews.com/read/N0BCv8oO-krisis-pangan-ethiopia-fao-serukan-bantuan-untuk-13-juta-warga

World Food Programme. (n.d.). Ethiopia. World Food Programme. https://www.wfp.org/countries/ethiopia

Food and Agriculture Organization of the United Nations. (n.d.). Ethiopia. Food and Agriculture Organization. https://www.fao.org/ethiopia

World Bank. (n.d.). Ethiopia. The World Bank. https://www.worldbank.org/en/country/ethiopia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun