Mohon tunggu...
Nanda Iradita
Nanda Iradita Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa universitas indraprasta PGRI

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pendidikan Seksual Diajarkan Ketika Sudah Masuk Masa Pubertas?

6 Juli 2022   10:10 Diperbarui: 6 Juli 2022   15:14 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia sebagai pembentukkan karakter untuk setiap individu, sehingga dapat menjadi penentuan baik atau buruknya  kualitas pendidikan yang didapatkan oleh tiap individu. Pendidikan juga berkaitan dengan peran kedua orang tua sebagai pihak pertama yang harus bertanggung jawab kepada anaknya yang menginginkan anaknya tersebut mendapat pendidikan maksimal dan bermutu untuk masa depannya. Dari hal itu orang tua mempunyai tanggung jawab dan upaya untuk putra dan putrinya berusaha memberikan pendidikan yang bermutu, baik dari lembaga belajar maupun dari orang tua langsung.

Tanggung jawab orang tua bisa mencakup seluruh aspek kehidupan tidak hanya tentang akademik saja, namun pendidikan yang diajarkan kepada anak didalamnya harus bisa menanamkan anak agar bisa menjadi pribadi, akhlak dan etika yang baik. Salah satu dari pendidikan yang perlu diberikan kepada anak yaitu pendidikan sesksual, karena dengan adanya pendidikan seksualitas yang baik dan tepat untuk buah hati akan menuntun anak menjadi generasi penerus yang dapat menjaga selalu dirinya sendiri dari tindakan, sikap, perbuatan dan perilaku yang menyimpang jauh seperti perbuatan zina. Meskipun pendidikan seksual ini masih dianggap tabu, tetapi dengan memberikan pengetahuan seksualitas maka anak akan memahami tentang tanggung jawabnya terhadap organ - organ seks, hal yang baik dan buruk yang berkaitan dengan seksualitas.

Banyak ditemukan pendapat bahwa mengajarkan tentang pendidikan seksual itu pantasnya diberitahu dan diajarkan pada saat anak memasuki waktu masa pubertas. Tidak sedikit masyarakat menyetujui hal tersebut. Namun hal tersebut kurang tepat, karena faktanya jika pendidikan seksual diajarkan sedini mungkin, akan jauh lebih baik yang penyampaiannya itu disesuaikan dengan umur si anak. Pendidikan seksual sedini mungkin untuk mengajarkan kepada anak, bagaimana batasan yang diatur oleh islam. Bagian tubuh mana saja yang boleh dan tidak untuk dilihat dan disentuh orang lain. Karena islam adalah agama yang indah, mengajarkan adab-adab yang baik. Salah satu contohnya untuk memisahkan ruang tidur ketika sudah usia 10 tahun. Karena pada usia tersebut manusia mulai muncul perubahan pada dirinya. Mulai munucul rasa syahwat seperti tanda mulai menyukai lawan jenis. “Perintahlah anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak melaksanakan) saat mereka memasuki umur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur diantara mereka” (HR. Abu Daud).

Pendidikan seks dari pandangan Islam bertujuan supaya anak dapat mengerti dan paham tentang seksualitas yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama tanpa adanya landasan ajaran agama yang baik, generasi penerus akan mudah terpengaruh oleh hal - hal yang dapat menjerumuskan mereka pada sebuah kehinaan. Pendidikan seksualitas dalam islam ini, menunjukkan bahwa Islam menjelaskan bahwa pendidikan seks untuk anak merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang perbaikan sikap yang berhubungan dengan ilmu akhlak dan etika. Dalam pandangan Islam juga, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada kedua orang tuanya, karena ini orang tua harus menjaga dan memelihara dan menyampaikan amanat yang baik untuk diterima, mengantarkan anak untuk mengenal dan selalu menghadapkan diri kepada Allah SWT. Walaupun begitu, suatu harapan dan keinginan orang tua demi mendidik anaknya agar menjadi baik dan mempunyai akhlak yang mulia.

Menurut Hasaln El Qudsi mengatakan bahwa Pendidikan seksual bisa diberikan oleh orang tua pada anak usia dini, remaja dan dewasa dengan materi yang berbeda - beda, materi pendidikan seks tersebut berkaitan dengan berbagai hukum dan norma - norma agama yang meliputi ajaran tentang aktivitas atau kebiasaan dalam kehidupan seperti ajaran mandi besar, menutup aurat, mahram dan non mahram, menjaga pandangan, dan menghindari penyimpangan seksual.

Akhir - akhir ini banyak terjadinya kasus penyimpangan seksualitas yang kebanyakan dilakukan oleh anak yang masih dibawah umur, menyebabkan anak di masa perkembangannya melakukan penyimpangan seks sebagai jalan untuk memenuhi keinginan yang berhhubungan dengan seksualitas pada diri mereka sehingga anak kurang mampu untuk mengendalikan diri sendiri. Di indonesia sekarang sedang marak dengan kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak maupun orang dewasa. Karna rendahnya pemahaman atau edukasi tentang seksualitas membuat banyak dampak. Menurut data komnas perlindungan anak sepanjang tahun 2017 saja sudah mencapai 2.848 kasus kekerasan seksual pada anak. Sedangkan kekerasan pada perempuan dan anak pun sangat tinggi. Menurut data komnas perempuan indonesia sudah darurat kekerasan seksual semenjak tahun 2014.

Maka dari itu edukasi dini sangat penting untuk menekan angka kekerasan seksual. Sebab dengan adanya edukasi dini dapat mengetahui resiko yang ditimbulkan dan bagaimana cara mencegah hal tersebut (Rappler.com, 2017). target dan tujuan pelaksanaan ini intik meningkatkan pengetahuan tentang seksualitas. Kegiatan untuk mengaplikasikan edukasi tentang seksualitas ini dapat dilakukan sejak paud atau dini. Bisa dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan bagian-bagian reproduksi lainnya serta bahaya dari kekerasan seksual tersebut sendiri. Tujuan dari kegiatan edukasi ini untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa kekerasan seksual itu tidak boleh dilakukan. Sex education atau pendidikan seksualitas yang bisa diajarkan pada anak usia dini yaitu :

  • Memberi tahu area tubuh mana yang tidak boleh disentuh atau dilihat orang lain (Privat).

Memperkenalkan area tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat maupun disentuh pada anak tanpa menjurus ke area pornografi , tidak perlu terlalu detail dan rinci cukup dengan memberi tahu dan memberikan alasan mengapa area tersebut tidak boleh di sentuh atau dilihat oleh orang lain.

  • Mengajarkan konsep perbedaan jenis kelamin laki laki dan perempuan pada anak.  

Sebagai orang tua sudah sepantasnya memberi tahukan kepada anak perbedaan jenis kelamin mereka guna mereka dapat mngetahui perbedaan laki laki dan perempuan, biasanya di dasari dengan perbedaan jenis kelamin ayah dan bunda. Serta anak kecil sering kali bertanya soal mengapa bunda memiliki payudara yang besar sedangkan ayah tidak ? dengan pertanyaan seperti ini maka sebagai orang tua dapat menjawab bahwa perempuan pada usia dewasa area payudaranya akan berkembang dikarenakan mereka akan menjadi ibu yang dimasa yang akan datang mereka menyusui sang anak.

  • Mempelajari cara menghormati lawan jenis (menghindari perilaku pelecehan seksual).

Mengajarkan anak dimana dalam bermain anak anak harus menghargai lawan jenis dan sesame jenis dengan tidak menyentuh ataupun melihat area privat orang lain.

  • Menanamkan budaya malu pada anak

Kita sebagai orang tua perlu menumbuhkan rasa malu pada anak agar mereka bisa menghargai diri sendiri serta memberi batasan bergaul dengan lawan jenis.

  • Membatasi atau melakukan pengawasan terhadap tontonan di televise maupun gadget.

Sangat banyak tentunya hal yang berbau pornografi di televise maupun di gadget maka dari itu sebagai orang tua sudah sepatutnya untuk melakukan pengawasan agar anak tidak terperosok pada tontonan  atau konten - konten berbau pornografi di usai dini.

Anak – anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seksualitas, kurang atau tidak pernah mendapatkan Pendidikan seksual yang tepat akan berdampak kepada meraka yang akan termakan informasi hoax yang tidak benar. Pendidikan tentang seks harus adanya peranan orang tua, dimana orang tua harus langsung memiliki perhatian khusus terhadap anak mereka dalam memberikan Pendidikan seks. Cara orang tua memberikan Pendidikan seks tersebut dapat melalui pemberitahuan kepada anak bahwa seks adalah suatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang dan diberitahu tentang bebagai perilaku yang menjurus ke seksualitas yang dapat berisiko pada diri anak agar mereka memahaminya dan menghindarinya, orang tua dapat menyampaikan hal tersebut jika anak sudah di masa pubertas dan waktu yang tepat.

Tujuan dari Pendidikan seksual yaitu untuk membentuk suatu sikap pada anak yang sehat terhadap seksualitas serta membimbing anak untuk bisa menyikapi dan memahaminya secara dewasa dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Maka dari hal tersebut, menanamkan Pendidikan seksualitas pada anak sejak dini melalui pengenalan yang berkaitan dengan seksualitas secara baik dan tepat.

Dalam mendidik anak agar menjadi baik dan telah dianggap mulia, tentunya hal tersebut masih masuk kedalam sudut pandang masing - masing orang tua dari anak, tidak bijaksana jika cara dan proses yang dilakukan dalam mendesak obsesi orang tua kepada anaknya tersebut dapat dilakukan secara paksa tidak demokratis, dalam hal cara penyampaian Pendidikan seks ini orang tua harus bisa tetap memberikan ruang untuk mempertimbangkan dan menentukan pilihan, termasuk sikap sikap untuk tidak setuju dan sebuah penyangkalan. Orang tua hanya berhak memberi tawaran dengan segala alasan dan argumentasinya, selebihnya biarkan anak yang menentukan pilihan alternatif dalam menentukan sikapnya. Maksud dari cara demokratis tanpa adanya desakkan tetapi bukan berarti anak dibebaskan begitu saja tentang seksualitas, tujuan demokratis tersebut yaitu dimana cara penyampaian pendidikan seksualitas dengan menyesuaikan perkembangan dan ekspresi diri yang dirasakan anak yang akan bisa menghasilkan anak yang percaya diri, mandiri, imajinatif dan mudah untuk beradaptasi. Bagaimanapun metode penyampaian yang digunakan seperti ini harus sesuai dengan karakter anak masing - masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun