Premis dasar dari tulisan saya ini adalah kita harus mengakui bahwa masalah merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita sebagai manusia.
Kita tidak bisa lari dari yang namanya masalah. Apalagi jika masalah yang berkaitan dengan pekerjaan kita.
Ya, sebagian dari kita mungkin bisa “menyembunyikan” masalah yang muncul di pekerjaan, namun saya yakin itu hanya sementara.
Cepat atau lambat permasalahan tersebut akan muncul dan ada risiko ketika masalah itu muncul ke permukaan malah membuat collateral damage.
Dengan demikian, alih-alih kita menyembunyikan atau bahkan lari dari permasalahan pekerjaan, mengapa kita tidak coba selesaikan satu persatu dengan cara yang benar.
Riset mengatakan bahwa lebih dari 70% karyawan lebih memilih “fire fighting” atau memadamkan api permasalahan ketimbang mencoba melakukan deteksi awal.
Di awal karir saya dulu bahkan saya pernah bersinggungan dengan sudut pandang “if it is not urgent, worry it about later,” kalau tidak penting nanti saja kita pikirkan.
Kesalahan fatal konsepsi tersebut adalah akhirnya kita pasti akan mengabaikan masalah tersebut dan ujungnya sibuk memadamkan api.
Tapi selain sudut pandang tersebut, ada sudut pandang lain yang lebih fatal lagi menurut saya yaitu “Jump into solution,” langsung tanpa pikir panjang kita mengambil kesimpulan.
Padahal belum tentu solusi tersebut merupakan jawaban yang tepat. Analoginya adalah tidak semua obat dapat menyembuhkan semua penyakit, butuh diagnosis yang tepat.