Mohon tunggu...
Nanda Aritha
Nanda Aritha Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Diplomasi Koersif Amerika Serikat terhadap Program Nuklir Iran

3 Desember 2021   15:06 Diperbarui: 3 Desember 2021   15:33 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diplomasi koersif diartikan sebagai sebuah strategi politik luar negeri dimana suatu negara menggunakan upaya-upaya koersif tanpa penggunaan kekerasan atau kekuatan sepenuhnya dari suatu negara. (George, 2015) 

Strategi ini sangat dikenal karena lebih menekankan pada ancaman penggunaan kekuatan baik militer atau ekonomi sehingga dapat digunakan oleh aktor negara untuk mencapai tujuan politik luar negeri di situasi krisis tanpa berperang. Salah satu penerapan strategi ini adalah ketika Amerika Serikat ingin menghentikan kebijakan nuklir Iran

Saat ini Iran adalah negara yang tengah mengembangkan teknologi nuklir yang bertujuan untuk mencapai kedamaian. Tujuan damai ini di sokong dengan adanya perjanjian Non-Proliferation Nuclear (NPT) yang telah ditandatangani oleh Iran dan berpatisipasi dalam kesepakatan Joint Comprehensive Plant of Action (JCPOA). 

Tetapi program nuklir Iran tersebut dianggap Amerika Serikat sebagai ladang untuk membuat senjata nuklir yang kelak akan menjadi ancaman dan mengganggu stabilitas di kawasan Timur Tengah. 

Dibawah komando Donald Trump Pada 8 Mei 2018 Amerika Serikat memilih menarik diri keluar dari perjanjian JCPOA dan menuntut adanya negosiasi ulang tentang program nuklir Iran ini yang disikapi Iran dengan ancaman akan mengaktifkan kembali program memperbanyak uraniumnya. (Saragih, 2018) Bersama anggota-anggota lainnya, Iran yang masih terikat dengan perjanjian JCPOA tersebut menolak untuk melakukan negosiasi ulang karena menganggap bahwa JCPOA lebih mewakili kepentingan negara lainnya.

Sikap bermusuhan Amerika Serikat dengan Iran sebenarnya sudah berlangsung sejak dulu. Dimulai sejak revolusi Islam pada tahun 1979 Amerika Serikat mengambil posisi tidak ramah dan mulai mebolisasi upaya-upaya koersif ke Iran. 

Sikap permusuhan tersebut bisa dilihat bagaimana setiap upaya Iran untuk mendapatkan teknologi nuklir bentuk militer maupun sipil akan selalu dihadapkan dengan oposisi dari Amerika Serikat. 

Amerika Serikat telah berusaha untuk membatasi bantuan nuklir teknis ataupun komersialnya terhadap Iran untuk mencegah Iran mendapatkan kapabilitas senjata militer semenjak tahun 1970an. (Blur, 2009) Pada awalnya, Iran memiliki ambisi nuklir yang tidak jelas tujuannya dan memicu kekhawatiran dari berbagai aktor internasional terkait proliferasi nuklir. 

Kekhawatiran ini memang jelas adanya ketika Iran mempublikasikan bahwa mereka akan mengejar proliferasi nuklir karena pada tahun 1974 India telah sukses melakukan tes ledakan hulu pertamanya yang menarik negara-negara lain juga ikut mengejar teknologi senjata nuklir termasuk Iran yang khawatir posisi strategisnya di kawasan tersebut bisa terancam. (Blur, 2009)

Tindakan Iran inilah memicu respon Amerika Serikat sebagai hegemon proliferasi nuklir. Diluar dari kepentingan nasionalnya, Amerika Serikat khawatir dengan tindakan ini. Jika Iran memperoleh kekuatan memproduksi nuklir, ditakutkan rezim yang berkuasa pada masa itu jatuh, lalu senjata dan kapabilitas produksi nuklir tersebut akan dengan mudah dikuasai oleh tangan teroris dan jika rezim selanjutnya memiliki politik luar negeri yang agresif maka akan ada kemungkinan Iran dapat memulai perang nuklir. (Blur, 2009, p. 21) 

Dengan Iran yang memiliki senjata dan kapabilitas nuklir, akan menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan  Timur  Tengah  untuk mencari kapabilitas nuklir masing-masing dan berakhir kepada kondisi regional dan internasional yang semakin tidak  stabil.  Dan dalam hal ini, motivasi Amerika Serikat bertambah kuat untuk memastikan pihak mereka menghambat Iran dalam pengembangan nuklirnya dan melakukan intervensi sehingga proliferasi nuklir ini tidak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun