Miun dan aseng di pos ronda kerap membicarakan Badrun si kaya tapi pelit dan sombong.
"Aku nggak pernah liat Badrun nyantuni anak yatim. Uang haram pun mana berkah," olok-olok Miun.
"Coba liat kita tiap bulan puasa dan lebaran selalu dapat bingkisan dan uang dari lelaki kota yang merahasiakan namanya," Aseng ikut-ikutan menimpali Miun dan teman-temannya diikuti gelak tawa.
Malam itu suasana romantis terlihat di taman rumah badrun penuh lampu kelap kelip.Â
Mereka pasangan yang sedang memikat hati merayu dan bercumbu mesra.
"Badrun, kamu telah memberikan cinta luar biasa, untukku. Aku bahagia Mas! menemukan lelaki idaman sepertimu. Semoga terus menua, mereguk madu cinta." Milah penuh drama, puitis dan romantis buat Badrun semriwingan.
"Kita baru belajar bertani dan belajar bertobat di jalan yang benar. Allah Maha Pengampun dosa-dosa kita Mas, asalkan jangan kita ulangi lagi berbuat maksiat," bisik Milah lembut sambil tersenyum mesra.
Badrun mantan lelaki hidung belang sedang so sweet, jatuh hati pada Milah. Ia lelaki separoh baya kekar dan berotot pejantan tangguh. Terpampang perut six-pack pertanda Badrun rajin melatih kebugarannya.
"Bertahun aku mendambakanmu, aku tidak salah pilih Milah, kamu adalah istri pilihanku di masa tua. Aku melihat ketulusan hati dan kepedulian ada di dirimu, sayang. Berbeda jauh dengan mereka, para istriku hanya mengincar harta doang," cerita Badrun sambil mengusap tangan Milah dengan pancaran mata tulus bahagia.
"Mas? aku mulanya sangat takut tampilanmu sangar, tetapi itikad baikmu membawaku ke keluarga bahagia. Kamu tidak pernah bertindak senonoh denganku, kamu berusaha menjaga kesucianku. Terimakasih ya, Mas? kamu telah menjagaku dari kejamnya dunia malam," celotehku bergelayut manja. Sore itu ketika kami lagi berduaan di beranda rumahku.
"Setiap hari kamu membayari si Mucikari hanya untuk mem-proteksi diriku agar tidak diembat orang. Kurang apalagi itikad baikmu Mas? Aku sangat bahagia mendapatkan jodoh terbaik yang di pilihkan oleh-Nya kepada ku. Ya-Rabb," tiada hentinya ku menyebut nama-Mu.
"Buah kegetiran yang kurasakan selama ini berganti manis," gumamku pelan merasa bahagia.