Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lain Guru, Lain Kisah

25 November 2021   14:53 Diperbarui: 25 November 2021   15:10 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika anak bungsu saya yang duduk di bangku TK sedang mengerjakan tugas menulis angka 1-10 dan dia agak kebingungan bagaimana menuliskan angka 4 , ujungnya tertutup atau terbuka, dan dia pun bergumam: kata Mis, kayak gini, ma...dan saya pun semakin sering mendengar selipan ceritanya setelah pulang sekolah dengan kalimat: Mis bilang, kata Mis...Teringatlah sebuah kata-kata bijak yang pernah dibaca, Guru adalah pelita bagi kita yang sedang kebingungan di persimpangan jalan yang gelap.

Saya bersekolah di sebuah SMU negeri di kota Medan, 20 tahun lalu, walaupun sudah lama, tetapi nama-nama mereka yang pernah mengajar di kelas masih banyak yang tak terlupakan. 

Bagaimana mungkin, melupakan guru yang pernah menokok (memukul) kepalamu karena terlambat masuk ke kelas sehabis jam istirahat atau yang melemparkan penghapus papan tulis ke arahmu ketika beliau mengajar sementara kau sibuk bercerita dan tertawa bersama teman sebangkumu. 

Belum ada CCTV (seperti di sekolah anak saya sekarang), belum mengenal istilah 'viral', hape ataupun gadget, kami belum pernah menyentuhnya. Ketika dimarahi, dihukum, dijewer, oleh guru, kami justru tidak berani mengadu ke orang tua , karena walau diberitahu ke orang tua pun yang ada mungkin malah makin dimarahi. Begitu agungnya profesi guru di masa sekolah saya. 

Pernah suatu ketika, saat makan bersama di rumah, saya bercerita tentang seorang guru yang jerewet kepada mama. Dan dia merespon: Ahh, paling kalian yang nakal, makanya diomelin....begitulah.

Seperti setiap manusia yang mempunyai kepribadian unik, begitu pun guru dengan kisahnya di sekolah. Bahkan setelah beberapa lama berlalu, ketika berjumpa kembali dengan mereka, kisah itu yang paling diingat apalagi jika berhubungan langsung. Guru tetaplah guru, walaupun ada yang tidak sepenuhnya memaknai profesi ini. 

Seorang guru Bahasa Inggris di SMP yang kerapkali duduk dengan mata terpejam, tangannya di atas meja menopang kepalanya, entah karena kecapekan rumahnya jauh dari sekolah, atau dia kelelahan mengemban tugasnya sebagai ibu di rumah dan guru di sekolah sehingga tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup, sekali dua kali mungkin tidak masalah tetapi jika seterusnya saat jam pelajaran hanya sekali seminggu dan siswamu mendapati seperti itu terus : Datang...good morning kerjakan halaman..., dan dia pun mulai, entah beneran tidur atau mengkhayal. 

Seorang guru Agama di SMU sangat bersemangat. Saking begituya, entah karena mungkin siswanya memang termotivasi sehingga lebih rajin belajar dan berprestasi atau karena takut dicubit perutnya. Setiap siswa Kristen berusaha masuk peringkat 10 besar di kelasnya, jika tidak bersiaplah untuk merasakan cubitan tangannya, wkwkwk.

Beda kisah dengan guru Geografi yang mendapat julukan turun temurun dari seluruh siswa kelas 1 sd 3 SMU. Kala itu, belum ada istilah 'body shamming', jadi jika sesuatu dari fisikmu yang dianggap tidak sama dengan kebanyakan orang, misalnya, terlalu tinggi, pendek, gemuk, kurus atau rambutmu keriting, baik siswa bahkan guru tidak luput dari sebuah julukan. 

Dengan tubuh pendek dan gemuknya. siapa yang tidak mengenal si Doraemon guru Geografi itu dan 'si Kirbi' guru Fisika yang suka duduk di atas meja. Beda kisah dengan si guru Kimia yang dianggap pilih kasih karena suka mengutamakan siswa yang mengikuti dan membayar les tambahan dengannya. Atau si 'mam borju' yang modis dan sering berganti mobil jika datang ke sekolah. Percayalah, setiap jejak guru sebenarnya sangat diperhatikan siswanya.

Beberapa ciri-ciri guru yang mungkin disukai dan akan dikenang:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun