Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lain Guru, Lain Kisah

25 November 2021   14:53 Diperbarui: 25 November 2021   15:10 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1. Tidak Pelit Nilai

Ada guru yang rasanya perfeksionis, sehingga untuk mendapat nilai 70, bagi siswa terasa luar biasa lelahnya untuk memperoleh. Sebaliknya, ada guru yang sangat menghargai kerja siswanya, misalnya : dengan rajin mengerjakan PR/tugas, sudah diberi point terlepas dari jawabannya salah atau benar, guru seperti ini pastinya disayang siswa.

2. Tidak Pilih Kasih atau Memperlakukan Semua Siswa dengan Sama

Beberapa guru menyukai siswa yang cerdas, sehingga sering mengutamakan dan perhatian pada siswa tersebut atau kepada siswa yang mengambil les tambahan padanya. Guru seperti ini biasanya sering jadi bahan omongan di kalangan siswanya. Seperti halnya guru, siswa pun memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang mudah memahami dan ada yang lebih lambat.

3. Yang suka kasar dan menghukum

Terkadang guru dihadapkan pada karakter yang nakal, malas, cuek sehingga dibutuhkan kesabaran ekstra. Guru yang suka menghukum muridnya tanpa memberi atau meminta penjelasan akan tidak disukai tapi dikenang. 

Ooo, itu bapak yang suka marah atau 'si ibu yang suka jewer kuping, dia yang suka nyuruh push up,...Memberi hukuman sebenarnya tidak masalah, tapi ada baiknya mempertimbangkan kondisi fisik dan psikis muridnya. Mengatakan kalimat kasar atau marah-marah pun bisa saja malah mempengaruhi mental si anak. 

Mungkin opsi hukuman yang bersifat fisik bisa diganti dengan menyanyi di depan kelas, menyalin tugas atau membaca puisi. Dibutuhkan kekreatifan si guru untuk mengatasi siswa yang lumayan 'susah' untuk ditangani.

Pernah suatu kali, saya bertanya kepada anak sulung yang duduk di bangku kelas 3SD, apa cita-citanya kelak. Dia belum terlalu memikirkannya tetapi ada beberapa yang disukainya seperti menjadi astrounot atau dokter. Lalu saya bertanya, Guru, gimana abang?ada minat?..Dengan cepat dia tersenyum dan menjawab : Enggak,..Kenapa abang? Dia terdiam. Entah apa yang dipikirkannya sehingga dia tidak tertarik.

Mengetahui data survey bahwa hanya 11% siswa yang tertarik menjadi guru, agak mengkhawatirkan juga nantinya, apalagi untuk daerah-daerah yang terpencil di negara kita. 

Dari pandangan saya sendiri, profesi ini mempunyai tantangan yang besar. Bagaimana kamu diberi tanggung jawab dan beban moral yang tinggi untuk mendidik atau mengajar anak-anak tetapi mungkin belum diberi hak/gaji yang sesuai. Sehingga, kalimat : Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, cocok untuk disematkan kepada mereka yang berdedikasi tinggi di bidang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun