Mohon tunggu...
Nay Yuripatasha
Nay Yuripatasha Mohon Tunggu... Editor - Nayla Yuripatasha Komaruddin

SMP Labschool Rawamangun's Student

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

13 September 2019, Hari yang Mulia

20 September 2019   11:22 Diperbarui: 20 September 2019   11:33 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari ini, 20 September 2019, aku duduk di kursi. di depanku terdapat meja kayu yang menahan beban komputer serta keyboard. Seraya mengingat-ingat mengenai 1 Syawal lalu, aku tersenyum kecil saat suara penceramah mengatakan sepatah dua patah kata yang sangat mempengaruhi hati yang dikunci oleh iblis ini sehingga sering kali aku luput dari kesadaranku mengenai kewajibanku dalam beribadah. 

Beribu pengalaman yang menginspirasi serta memukau juga telah mengalir memasuki otak dan hatiku melalui telingaku. 13 September lalu adalah hari yang mulai. hari yang membangkitkan kembali potongan yang hilang dari jiwa yang dititipkan tuhan kepadaku.

Sekarang, mari ku tarik kalian, para pembaca budiman, terjun ke dalam memoriku 7 hari lalu.

Pukul 6 pas, aku sampai di tempatku menempa ilmu, SMP Labschool Jakarta. Ku buka pintu ruang kelas dan ku letakkan tasku diatas kursi yang nanti akan kududuki selama proses belajar mengajar. aku berjalan menyusuri koridor lantai dua dan kudapati beberapa temanku sedang duduk sambil berbincang-bincang. aku bergabung dengan mereka, syukurlah mereka menerimaku. kami berbincang selama beberapa menit. 

Aku lupa seberapa seru topik waktu itu hingga kami lupa tentang waktu. pukul setengah tujuh kurang, hanya kurang dua atau tiga menit. astaga, lalai selalu aku mengenai waktu.

Kami bergegas menuju ruang sekretariatan OSIS. Sebuah kehormatan besar bagiku karena aku bisa bertugas dalam hari yang mulai saat itu. kamu memasuki ruangan tersebut dan mengenakan jas OSIS kebanggaan kami. 

Kami berkumpul di halaman masjid dahulu seraya menunggu teman-teman OSIS kami lainnya yang sedang bersiap-siap. Mentor kami memberi tahu kami beberapa hal dan nasihat-nasihat. tak lama berselang, segeralah kami menuju lokasi bertugas kami masing-masing.

Aku da beberapa temanku segera menuju Masjid untuk mendampingi siswa siswi kelas 9 atau angkatan 26 untuk mendengarkan ceramah dari tamu undangan. Ada satu penampilan dari teman kami, yaitu pembacaan puisi. Kebetulan, pada hari itu tidak berjauhan dengan meninggalnya bapak teknologi Indonesia, Bapak Habibie. Teman kami tersebut membacakan dua puisi dan satu diantaranya mengenai Ibu Ainun dan Bapak Habibie. 

Mengingat-ingat mengenai Bapak Habibie, Timor Timurlah yang selanjutnya muncul dikepalaku. Betapa berat beban yang harus beliau gendong saat  melepaskan Timtim dari Indonesia. Belum lagi, perpisahannya dengan istri yang sangat ia cintai. sebuah luka yang tak bisa pernah berhenti mengalirkan air mata.

Kembali mengenai acara pada 13 September lalu, kami mendengarkan sebuah ceramah yang berlansung dari jam 7 hingga jam 10 tersebut. sekolah kami mendatangkan seorang ulama yang sangat bersemangat, energik, dan menyampaikan ceramah yang sangat menginspirasi dengan cara yang tidak membosankan.

Beribu hal telah ia sampaikan kepada kam dalam waktu yang singkat itu. berjuta ilmu juga telah kami panen untuk diri kami masing-masing kedepannya. sebuah kesempatan yang hanya bisa didapatkan setahun sekali. hari yang sangat mulia, terima kasih atas segala bekal yang telah diberikan kepada kami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun