Mohon tunggu...
Nanang Sunarya
Nanang Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Mengaji dan Membumikan Diri

Peminat Sosial Budaya, Sekretaris Umum PGRI Provinsi Jambi, Pemandu Acara BERANDA BUDAYA TVRI JAMBI, Pengurus Dewan Pendidikan Provinsi Jambi, Jambi, Instruktur Contextual Teaching and Learning, Alumni Jhon Thompson Fellowship,Education International Consortium Project

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepercayaan, Hubungan Kekeluargaan, dan Pertemanan: Apakah Termasuk Nepotisme?

21 Juni 2022   20:00 Diperbarui: 21 Juni 2022   20:05 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah pertanyaan tiba-tiba menguncang atmosfir logika saya kemarin pagi di Ruang HM Sohe UPT Diklat Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Lubuk Lingau. Kepercayaan, hubungan kekeluargaan, dan pertemanan: Apakah termasuk nepotisme? Pertanyaan itu keluar dari seorang Kepala BKPSDM Kota Lubuk Linggau, Yunita Anggraini, S.H., M.H.---yang lebih senang dipanggil Bu Nini karena usianya jauh lebih muda dari rata-rata peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA), yang dulu dikenal dengan Diklatpim III---saat memberikan materi pada hari pertama. Alam logika saya berlari menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Kepercayaan dapat dimaknai sebagai kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain yang diyakininya. Kepercayaan juga diartikulasikan sebagai kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seorang pemimpin akan mengambil suatu keputusan atau kebijakan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dan pertimbangan dari orang- orang yang lebih dipercaya. Prof. Dr. Syamruddin (2016) secara tegas mengartikan kepercayaan sebagai mengakui akan kejujuran dan kemampuan seseorang benar-benar dapat memenuhi harapan.

Dimensi kepercayaan adalah modal fundamental bagi seorang pemimpin dalam mengaktualisasikan dan mempresentasikan kepemimpinannya. Kepercayaan ini mendorong keberanian pemimpin dalam meberikan keyakinan kepada seseorang untuk menduduki jabatan tertentu karena diakui dia memiliki kemampuan dan kejujuran memikul jabatan tersebut sehingga benar-benar dapat memenuhi harapan.

Hubungan kekeluargaan atau kekerabatan secara umum dapat dipahami sebagai hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal usul silsilah yang sama (biologis, sosial, maupun budaya). Seorang pemimpin memiliki database kerabat biologisnya yang memiliki kognisi yang mumpuni, memiliki keteladanan sikap, dan memiliki keterampilan manajerial karena ia memiliki genetika biologis yang sama. Seorang pemimpin juga memiliki perpustakaan kerabat sosialnya yang mempunyai keluasan wawasan, kedalaman cakrawala pemikiran, kedewasaan bersikap, dan jejaring sosial yang bisa diberdayakan untuk percepatan program pembangunan yang dipimpinnya. Tak sebatas itu saja, seorang pemimpin pun memegang buku induk kerabat budayanya yang memiliki ketajaman dalam menganalisis, kemampuan membuat citraan kemasadepanan, keterampilan teknologi untuk menunjang program pembangunan. Uniknya lagi, seorang pemimpin pun memiliki antologi kerabat budayanya yang mampu mengorkestrasi simpul-simpul pembangunan menjadi sebuah "lukisan utuh wajah" daerah yang dipimpinnya. Ketiga genetika (biologis, sosial, dan budaya) yang dipahami seorang pemimpin menjadi kekayaan pertimabngan dalam menetapkan pilihan untuk jabatan yang akan diembanlaksanakan.

Pertemanan dapat diartikan sebagai hubungan dua individu yang menghabiskan banyak waktu bersama, berinteraksi dalam segala kondisi dan saling memberikan dukungan emosi (Baron & Branscombe, 2012). Kualitas pertemanan yang terjadi menjadikan pertemanan dapt dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu teman, teman dekat, dan sahabat. Pergulatan seorang pemimpin dengan teman di sekitarnya telah melahirkan citraan kualitas nilai kapabiltas dan kompetensi teman-temannya. Intensitas pertemanan dalam berbagai situasi telah mengantarkan seorang pemimpin memahami potensi yang dimiliki dan dapat disinergitakan dalam sebuah lingkungan kerja yang dipimpinnya.

Bu Nini mengatakan dengan tegas dan lantang bahwa kepercayaan, hubungan kekeluargaan, dan hubungan pertemanan tidak termasuk nepotisme. Tidak berhenti sampai di situ pernyataan Bu Nini tersebut. Tidak termasuk nepotisme manakala penempatan jabatan yang mempertimbangkan ketiga unsur tersebut (kepercayaan, kekeluargaan, dan pertemanan) melalui prosedural yang sesuai dengan regulasi, memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, dan mampu melaksanakan tugas yang diembannya dengan penuh tanggung jawab. Selain itu, pejabat tersebut mampu meningkatkan kompetensi spiritual, kompetensi manajerial, kompetensi sosial, kompetensi emosional, kompetensi kultural, dan kompetensi literasi digitalnya melalui pendidikan formal, diklat, kursus, workshop, dan pengembangan kompetensi secara berkelanjutan.

Klop. Saya pun setuju dengan konsep dan pemahaman Bu Nini tersebut. Sebagai tambahan, saya pun punya keyakinan bahwa kepercayaan merupakan elemen fundamental dari ketiga unsur tersebut. Manakala kepercayaan itu tidak muncul dalam dimensi seorang pemimpin, jangan berharap amanah jabatan akan dijatuhkan kepada lingkaran terdekatnya sekalipun. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun