Mohon tunggu...
Nanang Rosidi
Nanang Rosidi Mohon Tunggu... -

Pria kelahiran Indramayu 25 tahun silam ini sehari-hari sibuk menulis: menulis karena tuntutan pekerjaan di salah satu kementerian maupun menulis karena hobi. Pernah meng-khilaf-kan sekelompok mahasiswa sehingga terpilih menjadi Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) Jabodetabek Periode 2014-2016.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa itu Muslim yang Kaffah?

14 April 2013   16:34 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 42784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kaffahsecara bahasa artinya keseluruhan. Makna secara bahasa tersebut bisa memberikan gambaran kepada kita mengenai makna dari Muslim yang Kaffah, yakni menjadi muslim yang tidak “setengah-setengah” atau menjadi muslim yang “sungguhan,” bukan “muslim-musliman.”

Muslim yang sungguhan (baca: kaffah) adalah Muslim yang mengamalkan ajaran-ajaran Islam di setiap aspek kehidupan. Seorang Muslim belum bisa disebut Muslim yang kaffah jika ia belum menjalankan ajaran Islam di segala aspek kehidupannya. Dengan demikian, Muslim yang kaffah tidak berhenti pada ucapan kalimat syahadat saja. Muslim yang kaffah tidak berhenti pada ritual-ritual keagamaan saja, tetapi sudah menjajaki substansi dari ritual-ritual tersebut.

Seringkali kita melihat di dalam keseharian kita yakni seorang Muslim yang rajin sholat berjamaah di Masjid, rajin I’tikaf,rajin berpuasa sunnah, rajin “memutar” tasbih, tetapi perilakunya terhadap sesama manusia kurang baik, misalnya, sering menggunjing, melalaikan ―secara sengaja― hutang di warung, dan semacamnya. Itu terjadi karena ibadah ritual yang ia lakukan tidak sampai pada substansinya. Ia hanya berhenti pada ritual-ritual kosong tanpa makna.

Ibadah ritual, seperti sholat, puasa, zikir, i’tikaf, dan lain sebagainya, adalah sebuah simbol dari nilai-nilai Islam. Sholat berjamaah menjadi simbol dari persatuan dan kebersamaan dalam menuju kepada Allah Swt, puasa menjadi simbol bagi sama rasa di antara sesama Muslim sehingga bisa memunculkan rasa ingin menolong terhadap saudara kita yang kekurangan. Oleh karena ibadah ritual itu adalah sebuah simbol, maka alangkah meruginya jika seorang Muslim berhenti pada simbol-simbol tanpa bisa menggapai nilai-nilai di balik simbol tersebut. Alangkah tidak bermaknanya ritual-ritual yang dilakukan setiap hari jika kita tidak mampu mengamalkan nilai-nilai di balik ritual itu.

Nilai yang ada di balik ritual-ritual tersebut berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia. Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri (zoon politicon). Oleh karena itu, manusia harus mampu untuk saling berinteraksi dengan baik. Nilai di balik ritual keagamaan itu adalah untuk menjadikan manusia bisa menjalin hubungan baik dengan manusia lainnya. Ajaran persatuan di dalam ritual sholat berjamaah adalah sangat penting dalam kehidupan manusia. Itu adalah salah satu contoh betapa pentingnya nilai-nilai yang ada di balik ritual keagamaan.

Hendaknya seorang Muslim tidak terjebak pada ritual-ritual yang tanpa makna, tetapi harus bisa mengaplikasikan nilai di balik ritual-ritual yang ia lakukan setiap hari. Dengan begitu, peran agama Islam dalam kehidupan manusia akan sangat terasa. Islam tidak lagi menjadi sesuatu yang jauh (transenden) tetapi sudah menjadi sesuatu yang melingkupi kehidupan manusia sehari-hari (imanen). Kesimpulannya, Muslim yang kaffah adalah Muslim yang mampu menjalankan ibadah ritualsekaligus mampu menangkap dan mengamalkan makna dari ibadah ritual tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Wallahua’lambishshawab [ ]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun