Malam ini terasa sepi sekali, bahkan cahaya bulan Nampak malu malu muncul di ufuk timur. Di keheningan malam ini Paijo duduk termenung sendirian di taman di sudut kota Semarang.Sebuah taman yang dahulu kala sering berlalu lalang para waria ketika malam tiba. Paijo meloncat pikirannya beberapa tahun silam, paijo tersenyum sendiri mengingat kenakalannya saat remaja di taman ini, ketika dia bersama temen temennya menggoda kaum waria itu di taman ini dekat sekolah menengah atas favorit di kota semarang.
Paijo merenung, begitu cepatnya waktu berlalu,puluhan purnama sudah dia lewati dan kini dia duduk termenung sendiri di taman ini, hanya berteman dengan cicak dan kecoa yang kadang kadang lewat didepannya.Paijo menerawang dalam kesunyian, tak terasa air mata menetes di pipinya yang sudah penuh kerutan itu.Paijo membayangkan istri dan anaknya, menbayangkan keluarga besarnya, membayangkan semua teman temannya, paijo merasa belum bisa membahagiakan semuanya. Cita cita paijo begitu besar, dia ingin hiduo untuk membahagiakan orang lain, dia ingin hidup untuk menyenangkan orang lain.
Paijo merasa belum bisa memberikan semua itu, semua yang diinginkan keluarga kecil dan besarnya. Saat ini paijo merasa seperti orang yang gagal tak berdaya.Disaar keluarga besarnya mengalami masalah, paijo hanya bisa mengamati dan tidak bisa membantu dengan maksimal.Sungguh ini adalah ujian berat bagi paijo, karena apa yang selama ini dia punya, dia banggakan, ternyata tidak bisa mengatasi semua.
Paijo semakin tertunduk dan menangis seoalh ingin berteriak di keheningan malam itu. Saat paijo menangis, tiba tiba ada suara berbisik muncul di arah belakang deket kolam kecil itu. "Bersyukurlah, bersyukurlah, bersyukurlah,bisikan suara itu semakin deket ke telinga paijo. Paijo menengok kanan kiri tak ada orang didekatnya. Suara itu semakin membesar "Bersyukurlah,nikmati kehidupanmu, jangan menyerah." Tiga kata yang diucapkan entah oleh siapa membuat paijo bingung , bahkan membuat paijo ketakutan. Saat paijo ketakutan, suara itu berkata lirih "Anakku, jangan kau menangis seperti itu, apa yang membuatmu menangis,apakah masalahmu seperti gunung Krakatau?" Apakah masalahmu seperti luasnya lautan di samudera hindia?" Jika tidak, kenapa kau menangis, kenapa kau bersedih, ingatlah anakku, bahwa apa yang kamu miliki dan yang menempel di badanmu adalah anugerah yang tak terhingga dari Sang Maha Agung.Pernahkan anakku merenung soal itu? Bagaimana nafas yang kamu miliki, bagaimana nikmat sehat yang Sang Maha Agung berikan, nikmat kecukupan yang selama ini anakku nikmati, pernah anakku berpikir soal itu?
Anakku, ketahuilah, bahwa kehidupan itu akan tetap berjalan sebagaimana kehidupan itu sendiri, dia tetap akan berjalan, apa yang anakku rasakan hari ini besok sudah menjadi masa lalu, sementara apa yang terjadi besok, anakku ga akan tahu apa yang terjadi.Untuk itu fokuslah apa yang anakku lakukan hari ini, lakukan yang terbaik, selalu yang terbaik. Berikan senyuman kepada orang yang selalu anakku jumpai, selalulah menolong dan sedikit menyakiti.Selama anakku masih hiduo, maka masalah akan selalu hadir di sisi kehidupanmu, besar kecilnya masalah, tergantung pikiran anakku sendiri, jika anakku selalu focus akan kebaikan Sang Maha Agung, maka masalah sebesar apapun akan terlihat kecil.
Selalu ingatlah akan hal itu anakku, tanamkan dalam dirimu, tancapkan dalam hati, karena jika kau ingin bercita cita hidup tanpa masalah dalam kehidupan yang fana ini, maka namamu sudah menjadi batu nisan di alam kasat mata, maka sekali lagi bersyukurlah." Dan seketika suara yang nampak nyata dan jelas itu seketika menghilang entah kemana.
Paijo menggigil dan gemetaran, siapakah dia, yang bersuara itu, kenapa suaranya begitu menyejukkan, bahkan mendamaikan hati.Belum sempat paijo mencari sosok dibalik suara itu, tiba tiba paijo ditepuk pundaknya dari belakang "Mass sendirian aje nich, boleh dong ike temenin".Paijo kaget bukan kepalang, dan ketika dia melihat sosok itu, paijo lari tunggang langgang, persis puluhan tahun yang lalu saat dia melakukan kenakalan di taman ini.
10 Desember 2019
Taman Tengah Kota Bumi Lunpia
NAK