Mohon tunggu...
Nanang Sumanang
Nanang Sumanang Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Indonesia Davao-Filipina

Saya Lulusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu, yang Mengeja Kata dengan Cita, dan Menghembus Napas dengan Doa

5 November 2022   13:49 Diperbarui: 5 November 2022   13:55 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agama dan budaya masyarakat manapun di dunia ini pasti mempunyai ajaran tentang menghormati ibu.

Dalam budaya Sunda dikenal cerita rakyat Lutung Kasarung. Dalam cerita Lutung Kasarung, salah satu figur utamanya adalah Sunan Ambu. Menurut sastrawan Ayip Rosidi, Sunan Ambu adalah tokoh tertinggi dalam kosmologi masyarakat Sunda, dimana ada empat orang sakti mandraguna, serta para dewi pohaci dan dewi-dewi lainnya semuanya ada di bawah kekuasaan Sunan Ambu. Sunan Ambu adalah ketua para dewa di Kahyangan serta menjadi pemutus segala permasalahan di dunia. Adapaun peranan yang melebihi dari itu adalah sebagai ibu kebudayaan Sunda. Maka orang Sunda terbiasa memanggil ibu dengan kata Ambu. Yang artinya "Dewi Ibu" atau "Ratu Ibu" (Isti'anah, Jurnal Al-tsaqafa, vol. 17 No.2, 2020, 195-204). Ibu dalam masyarakat Sunda, seperti diterangkan di atas sebagai kosmologi teratas dari masyarakat Sunda, kedudukan ibu teramat sangat dihormati. Atau dalam babasan Sunda dikenal juga istilah "Indung tungkul rahayu, bapak tangkal darajat" tiada keselamatan, kebahagiaan, dan kehormatan, dan kesejahteraan tanpa doa dari ibu dan bapak. "Indung nu ngakandung, bapa nu ngayuga" tiada akan ada anak tanpa cinta kasih orang tua. Kalau diperhatikan contoh dua babasan Sunda, dimana menempatkan kata Indung/ ibu pada kalimat pertama, yang menggambarkan bahwa masyarakat Sunda sangat menghormati ibu.

Dalam Islam bahkan banyak perintah untuk menghormati menghormati orang tua, terutama ibu. Dalam surat al-Isra' ayat 23 bahkan diterangkan kedudukan menghormati kedua orang tua itu berada setelah larangan untuk menyembah selain Allah SWT. Dalam Bukhari, diceritakan seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya yang paling berhak untuk diperlakukan dengan baik, maka Rasulullah SAW berkata "ibumu...ibumu...ibumu baru bapakmu" Dalam kitab Bukhari lainnya bercerita tentang seorang pemuda yang cemburu kepada seorang wanita, dan wanita itu akhirnya dibunuh. Lalu ia datang kepada Ibnu Abbas dan bertanya apakah ia masih bisa bertaubat, lalu ibnu Abbas bertanya "Apakah ibumu masih hidup?" Pemuda itu menjawab "beliau sudah wafat", maka pemuda tersebut kemudian disuruh ibnu Abbas untuk mendekatkan diri kepada Allah. Lalu ada sahabat yang bertanya "Wahai Ibnu Abbas, kenapa engkau bertanya tentang ibunya?" Kata Ibnu Abbas "Karena aku tidak tahu ada cara lain yang bisa mendekatkan diri seseorang kecuali dengan berbakti kepada ibunya" Atau kisah seorang pemuda yang bernama Uwais al-Qarni yang sangat berbakti kepada ibunya, sehingga Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk mencarinya dan memintakan ampunan dari segala dosanya melalui doa Uwais al-Qorni.

Ibu kita Pertiwi, Indonesia, juga adalah ibu kandung bangsa Indonesia, dengan cinta kasihnyalah kita bisa dilahirkan di sebuah negara yang indah dan elok, kaya raya, laksana jambrud katulistiwa. Maka menjadi kewajiban kita untuk memeliharanya dengan penuh cinta  selalu melakukan kebaikan semampu kita dan sebisa kita. Hindari segala macam permusuhan dan perpecahan, iri, dengki, terutama permusuhan hanya karena pandangan politik, yang membuat masyarakat menjadi terpecah belah. Jangan sakiti hati ibu Pertiwi dengan korupsi, karena sang ibu tidak pernah rela melahirkan para koruptor.

"Ibu adalah matahari yang tiada pernah lelah mengasuh bumi sebelum lelap dalam gelapnya malam, dan buaian ombak, serta senandung nyanyian burung" disadur dari Khalil Gibran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun