"Pagi, Kak.. kuliah?", sapaan setiap pagiku pada gadis manis ini setiap ia melangkah keluar dari apartemen.
"Pagi, Mas.. iya.. Mari", sahutnya dengan senyum yang merekah, sambil melangkahkan kakinya keluar, menuju parkiran motor, basement bawah apartemen ini.
Aku tidak pernah tahu namanya, tapi aku mengenal hampir setiap wajah warga di apartemen ini.
Dari semua warga yang ada, gadis ini terlihat menarik.
Pakaiannya selalu casual, make up-nya begitu sederhana, tidak pernah heboh. Senyum selalu tersungging di bibirnya. Orangnya ramah, namun tidak pernah berhenti sejenak hanya untuk mengobrol atau bersenda gurau.
Kalau orang tuanya datang, matanya selalu berbinar bahagia. Teman-temannya datang, matanya pun selalu bersinar, senyum yang tersungging, namun nyaris irit bicara.
Dan dia selalu menyapa kami, para security, resepsionis, dan office boy dengan ramah, walaupun sedang bersama teman-temannya.
Terkadang diriku bertanya, dia sudah punya pacar belum, ya?
Andai pun sudah, ah siapalah aku, status sosial kami begitu berbeda, dan aku tidak memiliki kesanggupan untuk menanggung harga diri sebagai pria mokondo.
Bibirnya boleh terkatup rapat, namun aku bisa membaca suasana hatinya melalui ekspresi wajahnya.