Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepuluh Tahun Mendatang, Batik Tulis Akan Punah, Bisakah?

18 Agustus 2021   10:50 Diperbarui: 19 Agustus 2021   13:54 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu koleksi Batik Tulis Museum Batik Yogyakarta yang bermotif Lereng. Batik ini baru setengah jadi | Dokumentasi Pribadi

Sembari membatik, saya ngobrol dengan ibu pembatik (maaf saya lupa nama beliau) disana. 

Beliau bercerita kalau dulu pembatik di museum tersebut jumlahnya cukup banyak, namun kini hanya beliau satu-satunya yang membatik di museum tersebut. Anak-anaknya tidak ada lagi yang tertarik untuk membatik. 

"Kurang menghasilkan", begitulah jawaban beliau, saat saya bertanya mengapa anak-anaknya tidak ada yang mau membatik. 

Alasan lainnya dikemukakan oleh salah satu pembatik Batik Tulis Oey Soey Tjoen, adalah kotor dan malas. Sedangkan anaknya yang satu lagi bisa membatik, namun kurang berkualitas. Mengingat membatik diperlukan rasa seni dan kesabaran yang tinggi.

Karya saya saat membatik di workshop Museum Batik Yogyakarta | Dokumentasi Pribadi
Karya saya saat membatik di workshop Museum Batik Yogyakarta | Dokumentasi Pribadi

Ah, kalau diingat-ingat lagi, saat saya mengikuti workshop membuat batik, memang perlu kesabaran yang tinggi. Belum lagi rasanya panas sekali harus duduk didekat lilin malam yang dipanaskan.

Hanya saja sungguh disayangkan kalau membatik tidak lagi diminati oleh anak muda Indonesia.

Capai-capai "bergontokan" dengan negeri tetangga kala itu, yang sempat mau mengakui Batik sebagai budaya asli negerinya. Hingga akhirnya diakui juga oleh UNESCO, eh, bisa jadi menghilang begitu saja karena minimnya minat anak muda meneruskan seni membatik.

Duh, amit-amit, jangan sampai hal ini terjadi.

Tapi disela kekhawatiran tersebut, ternyata ada juga pembatik muda yang sangat mencintai seni batik. 

Salah satu pembatik muda di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kampung Batik, satu area dengan Perkebunan Teh Walini | Dokumentasi Pribadi
Salah satu pembatik muda di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kampung Batik, satu area dengan Perkebunan Teh Walini | Dokumentasi Pribadi
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun