Pulangnya, saya menggali lebih dalam dengan banyak mempelajari pekerjaan saya yang kebetulan bergerak dibidang perdagangan batik.Â
Eh, ternyata banyak filosofi menarik yang lama-lama membuat saya jatuh cinta pada batik. Padahal meh dulunya saya sama sekali tidak tertarik dengan batik, heheÂ
Dan sampai sekarang, pekerjaan apapun yang saya lakukan, termasuk hobi menulis ini, saya mulai dengan banyak belajar dan setelah menjalankannya pun saya terus berusaha mengikuti perkembangannya, karena ilmu pengetahuan pastinya selalu berkembang dari waktu ke waktu.
Dengan begitu, ketika ditanya atasan, rekan kerja atau klien, kita sangat paham pada apa yang kita kerjakan, tidak sekadar tahu saja, karena hal tersebut dapat dinilai kalau kita itu "asal kerja", padahal kita merasa sudah banting tulang bekerja, tapi tidak dihargai.Â
Ini sebagai salah satu pesona yang kita tebar, yakni kita bekerja itu ada jiwanya, bukan sekedar kerja kalau ditugaskan.
# Kurangi mengeluh dan jalani saja dengan rasa syukur
Semua orang bekerja pasti ada tingkat kesulitan dan tekanan, hanya saja kadarnya berbeda.Â
Saya pernah mengalami yang namanya bekerja tiada hari tanpa mengeluh, sampai akhirnya keinginan resign sudah sangat bulat.Â
Sampai suatu hari saya bertemu teman yang ternyata keadaan di kantornya lebih apes daripada saya, tidak ada waktu libur, kapan pun atasan menghubungi harus siap sedia, kemudian salah satu rekan kerjanya sepertinya ingin menyikutnya.Â
Tapi teman saya itu tidak pernah mengeluh, ia bilang, "namanya juga hidup, pasti harus berjuang, kalau ga bagaimana kita menghargai arti uang, ya ga?"
Wah... benar juga, karena saya teringat tidak ada satupun teman saya yang tidak mengeluh pada pekerjaannya. Hampir semuanya mengeluh, tapi toh tetap dijalani juga.Â
Akhirnya saya mencoba untuk tidak mengeluh dan menganggap beban pekerjaan saya biasa saja, tapi tidak lupa bersyukur karena masih punya pekerjaan.Â