Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Antisipasi Kita terhadap Dampak Buruk "Melawan" Negara Adidaya

8 Januari 2020   20:01 Diperbarui: 8 Januari 2020   20:17 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Liputan6.com

Berdasarkan dari bacaan tentang strategi pertahanan yang pernah saya baca nih, caranya sederhana, tapi katanya sih efektif. 

# Jalur Diplomasi dengan Negara Sahabat, Bukan Negara Terkuat

Kalau yang saya baca berdasarkan sejarah, tahun 1947, Indonesia mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari negara lain, bukan dari negara terkuat, akan tetapi dari negara tetangga, seperti India, Singapura dan Bangkok. Saat itu ketiga negara ini bisa dikatakan belum menjadi negara yang kuat. Karena dukungannya ini lah, maka pihak Dewan Keamanan PBB, melalui Komisi Tiga Negara, berperan sebagai penengah sengketa Indonesia-Belanda.

Kemudian ada Bangkok (Thailand) juga yang saat itu turut membantu persengketaan antara Malaysia dengan Indonesia tahun 1966 saat masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Dari sini, kita bisa lihat hubungan diplomasi dengan negara tetangga, sebenarnya lebih baik, daripada berhubungan dengan negara terkuat. Misalkan seperti sekarang, kita bersitegang dengan China, eh terus mendekatkan diri dengan AS. Hmm, itu bagai keluar dari kandang macan, masuk ke kandang singa.

Tidak menutup kemungkinan bila kita mengandalkan negara terkuat dunia, kita akan kembali "dijajah", sebagai balas jasa sudah membantu. Kan kurang baik juga untuk perekonomian kita. Nanti lah dampaknya sumber daya alam kita diambil, urusan dalam negeri malah diikut campuri, dan sebagainya. 

Langkah jalur diplomasi dengan negara sahabat sepertinya bisa efektif, India saja sekarang sudah diprediksi sebagai "raksasa" dunia.

# Tidak perlu lagi berdemonstrasi ke jalan kalau keberatan, pakai karya kreatif kita.

Sebenarnya sah saja kalau kita turun ke jalan untuk berdemo menunjukkan keberatan kita, apalagi terkadang "suara" kita tidak terdengar kalau pakai cara halus, seperti kasus penolakan RUU KUHP dan pasal kontroversi lainnya. Perlu ke jalan supaya para wakil rakyat dan pemerintah ngeh aspirasi kita. Tapi kan sayangnya, karena banyak penyusup, jadinya aspirasi mahasiswa dan masyarakat terlihat anarkis dan tidak elegan. 

Pemberitaan diberbagai media pun seperti memojokkan bentuk aspirasi tersebut, karena merusak fasilitas publik, mengganggu jalan dan sebagainya.

Seperti masa kerusuhan tahun 1998 dimana terjadi krisis moneter, dan nilai Rupiah terhadap Dollar AS pun semakin meninggi akibat kerusuhan. Atau kita bisa lihat lah resesi yang sekarang dialami Hongkong karena demonstrasi yang tidak kunjung selesai. Tidak ada keuntungan sama sekali kan buat kita, bahkan tindakan pemberontakan tersebut malah melayangkan banyak nyawa, istilahnya sia-sia saja, karena China tidak akan menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun