Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasionalisme Tidak Sesempit Mengaku Orang Indonesia

29 November 2019   18:35 Diperbarui: 30 November 2019   02:30 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Korankaltara.com

Dengan saudara sebangsa sendiri saja, saya tidak punya rasa empati, apa saya bisa mengatakan kalau diri saya punya rasa nasionalisme?

Misalkan lagi, buang sampah.

Karena tidak ada tong sampah didekat saya, atau sudah ada petugas yang membersihkan dengan seenak hati saya membuang sampah sembarangan.

Ketika polusi udara di Jakarta, misalkan, sampai parah, saya bisa jadi ikutan teman-teman lain mengatakan "Salah Pemerintah Daerah, bagaimana sih kerjanya?!"

Apakah itu saya punya rasa nasionalisme? Lingkungan tempat tinggal saya sendiri saja, tidak bisa saya jaga dengan baik. Cintakah saya pada negara saya sendiri bila saya seperti itu?

Lanjut, demonstrasi yang berujung anarki.

Sama halnya seperti membuang sampah, fasilitas negara dibakar-bakari, belum lagi melempari orang dengan batu.

Walahhh, ngaku punya rasa nasionalisme dan membela kepentingan orang banyak, kok malah merusak fasilitas negara sendiri yang nantinya bisa dipakai untuk publik? Belum lagi membuat jalanan macet karena ditutup aksesnya, supaya tidak mencelakakan orang lain yang lewat.

Dimana letak rasa nasionalisme itu ketika ingin membela kepentingan saya dan sebagian orang dengan demonstrasi, kemudian malah merugikan kepentingan orang lainnya lagi, yang padahal sama-sama tinggal di Indonesia.

Kemudian lagi, misal, toilet umum tidak dijaga kebersihannya.

Malah ada yang membuang pembalut atau tissue pada saluran pembuangan, belum lagi menginjak tempat duduk toilet. Terkadang pintu toilet yang baru dipasang saja, bisa rusak dalam beberapa hari pemakaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun