Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baca Konteks Pembicaraan Ibu Sukmawati Dulu, Baru Berkomentar, Betul Tidak?

19 November 2019   14:27 Diperbarui: 19 November 2019   14:41 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan ramai pernyataan Ibu Sukmawati yang membandingkan Nabi Muhammad dan Presiden pertama Soekarno. 

Awalnya saya tidak terlalu tertarik, karena ujung-ujungnya Ibu Sukmawati ini pasti akan dilaporkan atas tuduhan penistaan agama. Eh, benar saja dugaan saya. Dilaporkan! Hehe.. Bahkan di bawah kolom komentar YouTube yang saya tonton sudah banyak hujatan untuk Ibu Sukmawati ini.

Saya pun semakin malas membaca sampai ke bawah, karena sudah bisa menebaknya, apa saja yang akan dikatakan para netizen. 

Di sini saya bukan membahas tentang Islamnya atau membenarkan pidato Ibu Sukmawati. Tapi saya ingin membahas tentang pemahaman konteks pada apa yang ditayangkan. Dan saya rasa ini sangat berpengaruh untuk masa depan bangsa kita, yang mudah "tersenggol" karena sepotong konteks, bukan dilihat dari inti pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah konteks. Nantinya, kita bisa dipastikan menjadi bangsa yang mudah "dipanas-panasi" dan diprovokasi karena sedikit isu yang menyentuh prinsip hidup, kemudian malah berujung pada pembinasaan saudara sebangsa. 

Ini hanya kekhawatiran saya, mengingat sejarah di mana negara kita bisa dijajah karena tidak ada rasa persatuan, dan kepercayaan satu sama lain, padahal saudara sebangsa, sehingga mudah dibangkitkan rasa curiganya satu sama lain dengan hanya sedikit provokasi saja.

Pertanyaan yang dilontarkan Ibu Sukmawati sangat sederhana, "Siapa pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia abad ke 20? Soekarno atau Nabi Muhammad?" 

Kenapa Ibu Sukma malah membandingkan ayahnya dengan Nabi Muhammad? Pertama, beliau berpidato dalam rangka acara "Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme", dan kedua, target audiensnya adalah anak-anak muda, di mana tokoh pahlawan yang paling dikenal perjuangannya untuk mendapatkan kemerdekaan adalah Soekarno, sebagai presiden pertama Indonesia. Dan Nabi Muhammad sebagai Nabi yang dikagumi dan diteladani oleh umat Islam.

Dengan contoh tersebut, bisa saya pahami sebagai orang yang pernah belajar komunikasi, ketika kita berpidato, tentu kita harus membuat audiens atau para peserta paham apa yang ingin kita sampaikan, dan mengambil nama tokoh yang melekat atau dikenal oleh target peserta kita.

Topik yang dibahas adalah Berantas Radikalisme dan Terorisme, berarti topik ini membahas untuk Indonesia yang bersatu tanpa melihat perbedaan agama, apalagi banyaknya sekarang yang melakukan bom bunuh diri yang memakan korban jiwa, dengan alasan mati syahid. 

Tokoh pahlawan yang paling melekat untuk generasi muda adalah Soekarno. Nabi yang paling melekat dalam agama Islam adalah Nabi Muhammad. Mengapa harus Nabi Muhammad, kenapa bukan Tuhan Yesus, Buddha dan sebagainya? 

Karena Islam di Indonesia adalah agama yang mayoritas dan banyak oknum yang memanfaatkan kemayoritasan agama ini untuk melakukan kejahatan, dengan mengambil simpati para pemuda yang polos dan benar mau belajar agama. Akhirnya, para pemuda ini bisa terhasut dan tercuci otaknya, sehingga malah berakibat melakukan tindakan yang menyimpang karena salah ajaran, dan membetulkan setiap tindakan mereka yang menyimpang atas  nama agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun