Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mindset Modern yang Sesat

14 November 2019   13:21 Diperbarui: 15 November 2019   14:52 1924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mindset yang masih kolot di tengah arus yang semakin modern (Ilustrasi: www.peoplematters.in)

Kami, siswa-siswi dari Indonesia cengar-cengir di bangku kami masing-masing. 

Kami sempat bertanya memang waktu sekolah, mereka tidak diajari tentang peta? Mereka mengatakan diajari, tapi tidak terlalu memperhatikan Indonesia.

Coba kalau kita sendiri, saat pelajaran peta dunia ketika SD, kita malah harus menghafal negara dan ibukotanya, luasnya berapa, keunikan dari masing-masing negara apa saja, dan biasanya yang menghuni dinegara tersebut ras apa. Sejarah negara lain saja juga kita pelajari. Jadi mau tidak mau kita memperhatikan negara lain, karena kewajiban menghafal materi tersebut.

Bukankah itu menunjukkan wawasan kita tentang negara orang lain luas, dan kita jadi lebih paham menghargai budaya orang luar? Orang luar pun bisa jadi merasa tidak merasa kaku untuk menceritakan budaya negaranya, karena kita kurang lebih sudah tahu budaya mereka, mereka tinggal memperdalam pengetahuan kita saja. 

Saking menghargainya saja, perayaan Haloween dijadikan sebagai perayaan untuk Indonesia, artis-artis dan banyak selebgram Indonesia, yang merupakan publik figur, berpesta kostum menunjukkan bahwa mereka modern sambil mendugem ala-ala orang Barat. Sedangkan ucapan untuk Hari Batik Nasional saja hanya yang jual Batik dan beberapa masyarakat saja yang mengucapkan Selamat Hari Batik Nasional. 

Itulah kelebihan kita sangat menghargai budaya luar, sampai terkadang lupa dengan budaya kita sendiri.

Kerja sama yang sangat kuat ketika "terjajah"
Ingat kasus Batik kita hampir diakui oleh negara tetangga kita? Ketika itu, mantan Presiden SBY langsung mengambil tindakan dengan menghimbau seluruh lapisan masyarakat wajib pakai Batik setiap hari Jumat, juga beliau mengumpulkan data yang membuktikan Batik adalah warisan budaya Indonesia untuk diberikan pada UNESCO, agar Batik kita diakui oleh dunia.

Ketika berita ini dimuat di media, masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke memakai Batik tanpa keluhan. Desainer dan pengrajin langsung membuatkan Batik modern agar semua orang Indonesia semakin berminat memakai Batik. Semua mengikuti komando sang mantan presiden. Tidak ada yang menentang.

Bahkan saya dan teman-teman yang waktu itu masih di Taiwan, ketika mendengar pemberitaan itu, kami langsung memakai seragam Batik ketika ada lomba yang mewakili negara Indonesia. Dan saya rasa orang Indonesia yang tinggal di negara lain, juga langsung mengeluarkan koleksi Batik. 

Kita menjadi satu rasa memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi milik kita, tanpa harus ada banyak kampanye dan iklan agar kita bersatu mempertahankan warisan budaya bangsa.

Rasa peduli yang tinggi
Kepo. Begitulah orang menyebutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun