Kalau sekarang, ya, bagaimana saya mendeskripsikannya ya? Karena itu adalah hal biasa sebenarnya, macet, kacau dan banyak preman cilik.
Keempat, Tri Rismaharini atau dikenal dengan Ibu Risma. Kita tentu sudah tahu bagaimana sepak terjang beliau untuk Surabaya. Begitu bangga warga Surabaya pada walikota ini, dan ketika saya main ke rumah teman saya di Surabaya. Dari bapak, ibu sampai adik-adik teman saya berceloteh membanggakan prestasi Ibu Risma ini. Surabaya dibuat begitu bagus dan modern oleh Ibu Risma.
Bukan hal biasa kan ya ini?
Kelima dan keenam, Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Bisa jadi saya sebut beliau ini pejabat yang tidak biasa. Selama menjabat di DPR, beliau berdua paling aktif berkoar-koar mengkritik pemerintah. Rasanya kadang kuping dan mata saya cukup panas melihat pernyataan beliau berdua ini.Â
Rasanya tidak percaya saja mereka bagian dari mahasiswa yang menurunkan pemerintah Orde Baru.Â
Namun setelah saya tanya sana-sini, beliau berdua ternyata memang menyuarakan sebagian dari rakyat yang tertindas, akibat dari pembangunan infrastruktur, dan bisa dikatakan beliau berdua membaca apa yang akan dihadapi oleh masyarakat, kalau infrastruktur terus dijalankan.Â
Hanya saja kan selama ini yang lebih digembar-gemborkan adalah keberhasilan dari pembangunan infrastruktur, efek samping lainnya memang tidak dimunculkan, mungkin pemerintah memiliki cara agar bisa meminimalisir efek sampingnya.
Beliau berdua cukup otentik dan tidak biasa, menurut saya, mengkritisi dengan cara yang membuat orang menjadi geram, tapi dibalik semua itu akhirnya mau tidak mau, kita memperhatikan alasan mereka begitu vokal mengkritik kinerja pemerintah, apakah sekedar julid atau memang ada fakta dibalik apa yang mereka kritisi.
Itu lebih otentik daripada mark up anggaran atau kemudian tahu-tahu ketahuan simpan uang rakyat dan sebagainya, yang sudah biasa banget beneran dilakukan banyak pejabat.Â
Anak SMP dan SMA saja bisa jadi sudah tidak kaget lagi kalau mendengar pejabat kita melakukan hal biasa seperti itu, wong di media saja sangat sering membahas hal seperti ini, pejabat tidak jauh-jauh dari drama pengalihan isu, membuat kebijakan yang aneh bin ajaib, mark up anggaran, dan ujung-ujungnya, eh, korupsi.
Justru lucunya, malah masyarakat lho yang membuat hal-hal yang tidak biasa, padahal mereka tidak pernah menjanjikan yang muluk-muluk untuk kesejahteraan rakyat.