Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kebahagiaan di Balik Menghujat

15 Oktober 2019   15:23 Diperbarui: 17 Oktober 2019   03:34 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apalagi sekarang banyak orang di sosial media yang sering berbagi kebahagiaan dan membranding dirinya yang sukses kepada para followersnya. 

Maksudnya itu hanya untuk menularkan hal-hal yang positif, namun di balik dari maksud baik, ternyata ada saja orang yang merasa cemburu atas kesuksesan dan kebahagiaannya.

Karena kecemburuannya dan tahu bahwa dirinya akan sulit mendapatkan hal seperti itu, maka secara spontan yang penuh emosional, memencet tuts keyboard smartphone dengan mengatai orang tersebut. 

Dengan maksud, orang tersebut harusnya sadar diri dong supaya tidak pamer. Banyak orang kali yang belum mencapai hal seperti itu, termasuk dirinya yang memaki.

Dengan memakinya, rasanya beban yang selama ini harus ia capai bisa hilang seketika. Ada rasa lega ketika melampiaskan emosi dan bebannya dalam bentuk hujatan. 

Ketika rasa lega itu muncul, ada rasa bahagia saat ada yang setuju dengan apa yang diucapkannya secara negatif, ada yang memberikan like dan komentar yang sama pedasnya. Hohoho... ada teman yang memiliki perasaan yang sama toh.

Kita bisa lihat tontonan sinetron ataupun reality show, tidak ada tuh yang memberikan indoktrinasi masyarakat untuk berjuang menghadapi persoalan hidup. 

Kalau mendapatkan kesulitan, maka yaa orang itu sial dan harus dikasihani, apalagi kalau semakin dijahati, pasti pemeran dalam sinetron atau reality show itu akan berteriak "Kenapa semua orang jahat sama saya? Kenapa dunia ini tidak adil terhadap saya?", atau paling tenangnya, menangis sesunggukkan meratapi nasib.

Kita tidak pernah diindoktrinasi untuk bersemangat dan berjuang meraih apa yang kita cita-citakan. Ketika ada rintangan menghadang, hmm.. kita tidak pernah diindoktrinasi untuk berjuang melawan kesulitan dalam hidup. 

Selain itu, hampir tidak pernah kan kita digaungkan untuk intropeksi diri  dan mengevaluasi apa yang selama ini telah kita lakukan untuk mencapai standar kesuksesan dan kebahagiaan.

Jadi jangan salahkan warganet ini yang akhirnya terpuruk mengasihani diri sendiri, dan membela dirinya karena tidak bisa mencapai nilai kesuksesan dan kebahagiaan sesuai dengan standar masyarakat dengan cara menghujat orang-orang yang sudah mencapai kebahagiaan dan kesuksesan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun