Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Olah Rasa Iri Menjadi Pemicu Keberhasilan

25 Juni 2019   00:24 Diperbarui: 25 Juni 2019   18:30 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi iri hati (Highwaystarz-Photography)

Hal seperti ini sering terlihat di kolom komentar para artis, ada saja netizen yang mengatakan "Enak ya hidupnya, kerja apa sih dia sebenarnya, bukan artis yang laku-laku amet padahal.", atau "jalan ke luar negeri mulu..", dan komentar iri lainnya.

Saya kurang paham, itu benar rasa iri atau iseng saja, hanya untuk diperhatikan oleh para artis tersebut.

Hanya saja, ketika saya sedang mencari berita mengenai tingkat stres orang Indonesia, ternyata generasi milenial itu sangat rentan terhadap stres, salah satu penyebabnya adalah sosial media.

Dilansir dari Okezone.com, lebih dari 40% orang merasa tertekan karena ingin mengesankan orang lain melalui sosial medianya dan 33% merasa sangat perlu membuat hidupnya mereka terkesan lebih baik dari keadaan sebenarnya.

Selain itu, ada kisah yang pernah saya baca dari Jouska, bahwa ada seorang mantan selebgram yang kariernya terlihat sukses gemilang, Instagramnya juga banyak sekali followers dan tawaran menjadi endorser pun semakin hari seperti semakin banyak, sampai followers-nya pun merasa kagum dan ada keinginan untuk memiliki kehidupan seperti dirinya. Ia memilih karier sebagai selebgram, karena melihat dari sosial media bahwa menjadi seorang selebgram adalah pekerjaan mudah, dan penghasilannya pasti banyak.

Namun dalam kehidupan realitanya, tidak sesuai dengan apa yang diimajinasikannya, keuangan dia benar-benar boncos alias merugi, dan mau tidak mau sempat menjadi pria simpanan, agar bisa terus eksis dan mendapatkan banyak modal untuk pekerjaannya itu. 

Hal ini dilakukan karena pengeluarannya sangat besar untuk mendapatkan foto dan konten yang seru dan diminati banyak followers, dan pengeluarannya tersebut tidak sebanding dengan pendapatan yang ia dapat. Karena semakin hari pekerjaan sebagai selebgram tidak pernah membawa kesuksesan yang orisinil, hanya terlihat tampaknya sukses saja, padahal aslinya rugi bandar, maka ia putuskan untuk pensiun dini dari dunia selebgram.

Ironis sekali ketika membacanya.

Walaupun begitu, tetap saja banyak orang yang tetap menginginkan kehidupan mewah dan menyenangkan yang ditampilkan pada sosial media. Ada yang rela hutang sana sini atau meminta uang jajan lebih kepada orangtuanya, tidak peduli orangtuanya sedang pusing mengenai keuangan, yang penting kehidupan yang diimpikannya seperti yang ada di sosial media bisa terealisasi. Sehingga orang-orang tersebut bisa meng-upload-nya dan memamerkannya kepada teman-temannya yang ada di sosial medianya.

Nah, supaya tidak terjebak dengan akhir yang mengenaskan seperti mantan selebgram itu, akan lebih baik kita olah rasa iri kita menjadi sesuatu yang positif, supaya kita tidak mengidap stres yang berlebihan karena menginginkan kehidupan seperti orang lain, tapi tidak sesuai dengan taraf perekonomian kita.

Hal pertama yang harus kita lakukan, adalah jadikan rasa iri kita sebagai pacuan untuk diri kita sendiri agar berusaha meraih hal seperti kehidupan yang di sosial media. Dengan lebih rajin bekerja ataupun dengan rajin belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun