Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Realisasi Revolusi Mentalnya Pakde

13 Juni 2019   02:12 Diperbarui: 13 Juni 2019   03:20 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dalam menandatangani inpres Revolusi Mental (Foto : setkab.go.id)

Namun, jujur saja saya masih menantikan kampanye Pakde dalam membangun karakter Bangsa Indonesia jauh lebih baik. Karena saya benar-benar sangat tidak senang kalau orang asing menghina bangsa Indonesia. 

Kita memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh mereka, kita orangnya welcome terhadap semua orang, disini cari uangnya lebih mudah daripada diluar negeri, keramahan bangsa kita saja tidak ada yang bisa menandinginya, kita juga memiliki banyak sekali orang-orang yang pintar, hanya saja kurang diekspos, dan masih banyak lagi yang membuat bangsa ini sebenarnya memiliki keunggulan yang tidak jauh berbeda dari bangsa lain.

Semakin ke sini, kita bisa lihat sendiri, antara orang yang mengkritik dan menghina sudah tidak ada bedanya. Padahal pengertian kritik dalam KBBI adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Sedangkan, menghina adalah memandang rendah, memburukkan nama baik orang dan menyinggung perasaan orang seperti memaki atau menistakan. 

Sebagian netizen lebih senang membaca foto dari sebuah artikel, foto lho bukan tulisan, kemudian langsung berkomentar yang sangat jauh dari konten sebenarnya, saking terbiasanya melihat Instagram dan Facebook. 

Belum lagi, kalau pembicaraan atau konten media sosial sudah berbau agama dan politik, wah.. komentarnya sudah tidak terfilter lagi sama sekali. Selain itu, pemberitaan yang beredar pun sama sekali tidak dicek terlebih dahulu benar atau sekedar hoax. 

Bukan hanya, netizen, bahkan tokoh-tokoh politik yang seharusnya memberikan teladan, terutama yang sering muncul  di media, malah ikut berpartisipasi dalam melakukan hal yang telah saya sebutkan, bahkan beberapa dari mereka malah mengarah ke ranah provokasi, tapi sama sekali tidak merasa.

Tidak itu saja, dalam bidang media, cerita sinetron sekarang juga semakin tidak ada inti ceritanya, kecuali cinta dan permusuhan, sampai tidak ada pesan moral yang didapat. Hasil dari tontonan sinetron, kita bisa lihat sendiri seperti kasus Audrey. Kemudian acara seperti Pesbukers, yang mendapatkan Panasonic Gobel Awards untuk kategori program komedi terbaik tahun 2014, semakin kesini, isinya malah seperti candaan yang dipaksa lucu, kontennya pun agak vulgar dan kurang mendidik untuk penonton. Beberapa selebgram pun seperti berlomba yang penting ada konten dan banyak likes sampai tidak memperhatikan bahwa isi konten mereka cukup berpengaruh pada para followers-nya.

Dalam bidang profesi, masih banyak orang yang mementingkan kenaikan gaji dan hitung jobdesk, tapi sama sekali tidak memikirkan produktivitas dan kualitas. Yang penting kerja beres, selesai. Waktunya jam pulang tang ! go !, mereka hanya memikirkan jumlah yang perusahaan bayar atas waktu dan tenaga yang sudah mereka keluarkan. Mereka tidak berpikir kalau hasil pekerjaannya asal-asalan, maka ketika barang dijual, misalkan, konsumen akan berpikir dua kali dalam membeli, alhasil itu akan mempengaruhi pendapatan perusahaan, dan semakin mempengaruhi gaji, bonus dan komisi yang seharusnya mereka peroleh. Ketika mereka tidak mendapatkan gaji, bonus ataupun komisi yang seharusnya, mereka akan berpikir bahwa perusahaan mengekploitasi. Padahal semuanya itu adalah siklus dari hasil pekerjaan yang dilakukan terlalu apa adanya.

Hal-hal ini yang semakin saya tunggu kehadiran kampanye Revolusi Mentalnya Pakde. Bukan saya merasa paling benar ketika menulis ini, saya sendiri juga tahap masih banyak yang harus saya perbaiki. Namun, alangkah baiknya kalau kita sebagai orang Indonesia bangga terhadap bangsa sendiri, dan menunjukkan kepada dunia, bahwa karakter bangsa kita itu unggul, dan jangan pernah berani macam-macam dengan orang Indonesia.

Regards

Referensi: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun