Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apakah Indonesia Membutuhkan FPI?

16 Mei 2019   22:38 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:10 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petisi untuk membubarkan FPI sedang menjadi trend saat ini, tanggal 9 Mei 2019, sudah 341.092 orang yang telah menandatangani petisi tersebut. FPI adalah organisasi massa yang dulunya sering sekali membantu masyarakat yang terkena musibah. Seperti pada tahun 2018, ada dua peristiwa bencana alam dimana relawan FPI turun tangan membantu mereka.  

Dilansir pada detikNews, Oktober 2018, ketika terjadi gempa-tsunami di Palu, FPI ikut turun tangan membantu masyarakat disana. Bantuan yang diberikan mencapai 10 truk jumlahnya. Desember 2018, terjadi bencana tsunami di Selat Sunda. Masyarakat di kota Sumur, tepatnya menyatakan bahwa FPI merupakan tim pertama yang membantu mereka, bahkan lebih cepat daripada pemerintah setempat.

Tidak itu saja, pada tahun 2005, saat Aceh terkena bencana Tsunami, FPI juga turut membantu dalam bencana tersebut, yaitu untuk menshalati jenazah, ikut membantu dalam pemakaman jenazah, bahkan membantu TNI sebagai jembatan untuk berkomunikasi dengan GAM, dengan menyampaikan bahwa bantuan yang diberikan oleh semua orang disini adalah untuk kepentingan masyarakat Aceh, bukan untuk berpolitik.

Selama bentuknya adalah rasa kemanusiaan dan sosial, saya rasa kehadiran FPI sangat membantu kita semua. Karena kita butuh para relawan yang tanpa disuruh dan diminta langsung turun tangan membantu sesama kita, bangsa Indonesia, yang sedang tertimpa musibah. Apalagi para relawan FPI ini juga membantu untuk mendoakan. Orang mana yang tidak suka didoakan, apapun agamanya itu.

Tapi dibalik perbuatan sosial dan maksud baiknya, selalu terjadi aksi ricuh yang mendampinginya. Beberapa peristiwa diantaranya

Aksi sweeping FPI yang dilakukan di Sukarejo, dimana aksi tersebut dianggap oleh warga setempat main hakim sendiri dan tidak menghormati keberadaan warganya disana. FPI bentrok dengan warga disana, ketika merazia prostitusi dan judi togel. Aksinya yang cukup keras, mendapat respon amukan oleh warga, akibatnya satu korban jiwa tewas.  

Kemudian ada aksi ricuhnya lainnya sampai membuat Mendagri memberikan teguran tahap kedua kepada FPI sebanyak dua kali. Aksi ricuh yang mereka lakukan adalah aksi rusuh Monas pada Juni 2008, perusakan Gedung Kemendagri pada Januari 2012, dan demo menolak Ahok pada Oktober 2014.

Tidak berhenti disitu, aksi ricuh pun juga dibuat oleh para anggota FPI di Tebing Tinggi pada saat tablig akbar dan peringatan Harlah NU ke-93. Aksinya adalah mengatakan bahwa acara tersebut sesat, kemudian para anggota FPI berteriak-teriak tagar 2019 ganti presiden, dilanjutkan memaksa para ibu disana untuk ikut teriak, sampai para ibu pun ketakutan. 

Melihat hal itu, warga disana mengusir FPI, karena mengganggu ketenangan dan membuat ketakutan, merasa tidak terima FPI melawan, sampai akhirnya aparat keamanan datang untuk mengamankan mereka. 

Dari 3 berita dengan kejadian yang berbeda, dan saya ambil dari media online yang berbeda pula, persamaan yang didapat adalah adanya aksi ricuh pada setiap melakukan perbuatan yang mereka anggap baik.

Belum lagi ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh pihak para anggota FPI sendiri, tapi malah dikatakan bahwa aparat hukum menzalimi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun