Manusia diciptakan dengan tujuan menyembah Allah SWT dan memakmurkan kehidupan di dunia. Dua tujuan ini menjadi tugas manusia, tugas yang tidak dapat diemban oleh makhluk lain. Bahkan gunung tinggi nan besar sekalipun tidak sanggup ditunjuk sebagai khalifah di bumi. Mengapa manusia menyanggupi peran sebagai khalifah? Jawabannya karena manusia memiliki akal budi yang membedakannya dari makhluk lain.
Kesanggupan menjadi khalifah diiringi dengan upaya menciptakan kemaslahatan dalam hidup. Maka dalam prosesnya kebermanfaatan menjadi panduan. Jika ingin menebar manfaat, diri kita sebagai manusia haruslah bermanfaat. Pribadi bermanfaat akan menebarkan manfaat pula bagi orang lain dan kehidupan ini. Pribadi yang bermanfaat disebutkan dalam hadits nabi sebagai berikut:
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami' no:3289).
Ada makna tersilirat dari hadits ini, yakni syarat menjadi manfaat bagi diri sendiri sehingga bisa bermanfaat untuk orang lain. Pribadi yang bermanfaat berarti pribadi yang baik. Pribadi yang baik memegang unsur-unsur kebaikan yang bersumber dari ajaran Al-Quran dan Hadits. Maka pribadi seperti ini srnantiasa membawa kedamaian bagi orang-orang di sekitarnya.
Memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah Jalla wa 'Alaa berfirman:
"Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiridan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri" (QS. Al-Isra: 7)
Inilah hukum sebab akibat bahwa perbuatan baik akan menghasilkan kebaikan bagi si pelakunya. Sebaliknya perbuatan jahat akan kembali kepada pelakunya pula. Maka saling menolong antar sesama muslim adalah salah satu ciri pribadi yang bermanfaat. Apresiasi terhadap muslim yang membantu saudarnya muslim telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:
"Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id]; Telah menceritakan kepada kami [Laits] dari ['Uqail] dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari [Bapaknya] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara. Ia tidak boleh berbuat zhalim dan aniaya kepada saudaranya yang muslim. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak." (HR. Muslim No. 4677)
Jika kita mengamalkan hadits ini maka kesulitan hidup terasa mudah. Kalau pun ada masalah atau kejelekan tertentu dari saudara kita, maka aibnya tidak menyebar menjadi bahan gosip dan gunjingan. Sebab kita saudaranya yang muslim berniat meringankan bebannya dan sedapat mungkin menutupi kekurangan saudara muslim tersebut.
Hadits dan ayat Al-Quran di atas hanyalah sebagian petunjuk bagi kita dalam berupaya menjadi pribadi bermanfaat. Tentunya masih banyak dalil lain tentang hal ini. Namun paling tidak kita mengetahui bahwa Islam itu ajarnnya manusiawi sekali. Fitrah manusia disentuh disini. Bahwa pada dasarnya manusia mempunyai hati yang suci dan tulus untuk berbuat baik. Hawa nafsulah yang membelokkan hati kita menjadi buruk.