Mohon tunggu...
Namira Aminatuzahra
Namira Aminatuzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030040)

Beginner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jalan-Jalan sambil Belajar di Museum Batik Pekalongan

16 April 2021   21:15 Diperbarui: 17 April 2021   10:06 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lilin batik ini tidak terdiri dari satu bahan saja, tetapi campuran dari beberapa bahan pokok lilin, di antaranya ada lilin tawon, gondorukem, damar, BPM/ Parafin, dan microwax. 

Bahan-bahan tersebut dicampur berdasarkan komposisi tertentu. sekarang ini, lilin batik sudah diproduksi secara masal sehingga lebih praktis. 

Kemudian ada alat penunjang lainnya, antara lain kuas nyolet yang berfungsi untuk mewarnai bagian tertentu dan ada pula cos-cosan yang berfungsi untuk menghapus bagian yang akan dihilangkan. 

Ada dua macam pewarna yang digunakan dalam proses pembatikan, yaitu pewarna alami dan pewarna kimia. Batik yang menggunakan pewarna alami dari tumbuhan memiliki warna yang lebih soft dan redup bila dibandingkan dengan batik yang menggunakan pewarna kimia.

Menjelajahi Setiap Sudut Ruangan di Museum

ruang pamer 1 (sumber: dokpri)
ruang pamer 1 (sumber: dokpri)

Di ruang pamer 1 terdapat berbagai macam motif batik yang didominasi oleh batik pesisiran yang berasal dari Pulau Jawa, ada batik motif sidomukti dari Surakarta, batik motif parang rusak dari Yogyakarta, dan tentunya ada pula motif batik parang kusuma yang berasal dari Pekalongan.

Saya beralih ke ruang pamer 2. Di ruangan ini berisi pameran batik yang usianya hampir setengah abad. Batik-batik yang sudah berusia tua ini, memiliki warna-warna yang sedikit pucat, hal ini disebabkan karena menggunakan bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. 

Sedangkan, di ruang pamer 3 berisi berbagai koleksi batik dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya ada batik yang berasal dari Banten, Kalimantan, Indramayu, dan Papua. 

Lanjut ke ruang workshop, di sinilah para pengunjung museum dapat belajar membatik. Dengan merogoh kocek mulai dari Rp 20.000 kita sudah bisa berkreasi dan menikmati sensasi membatik. Sayang sekali, saat kemari saya belum berkesempatan untuk belajar membatik karena waktu yang mendekati salat jumat.

foto bersama kain batik Galaran Peksi Huk (sumber: dokpri)
foto bersama kain batik Galaran Peksi Huk (sumber: dokpri)
Eksistensi Museum Batik Meski Diterpa Pandemi Covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun