"Yah, kenapa sih kita harus capek-capek kayak gini? Beli sembako, beli bingkisan, beli oleh-oleh, siapin THR buat tetangga sama saudara, terus ujung-ujungnya dibagiin ke mereka? Kita nggak pernah tuh dapat ganti atau oleh-oleh dari mereka. Kenapa kita harus bagi-bagi terus kalo mereka nggak pernah ngasih apa-apa? Kok nggak pernah mereka gantian ngasih ke kita?" gerutu Zara, gadis remaja berumur 12 tahun yang pikirannya selalu menyimpan banyak pertanyaan tentang kehidupan.
Pertanyaan itu adalah pertanyaan reflek dan spontan yang tiba-tiba keluar dari mulut Zara ketika ia sedang membantu Ayah, Ibu, dan Kakaknya membungkus beberapa paket sembako yang akan dibagikan untuk guru TPA di sekitar rumahnya. Nada sebal dan ekspresi prengat-prengut alias cemberut mewarnai wajahnya yang mungil ketika ia melemparkan pertanyaan yang sebenarnya merupakan bentuk keluhan.
"Nanti Zara tahu jawabannya sendiri," jawab Ibu Zara sambil tersenyum manis.
"Nanti? Nanti kapan? Kenapa nggak sekarang aja sih?! Zara kan pengen tahu jawabannya sekarang."
Mendengar gerutuan putrinya yang terdengar semakin menyebalkan, Ayahnya pun ikut memberikan wejangan, "Kalau dijawab sekarang, Zara nggak akan percaya sama jawabannya karena nggak merasakan prosesnya sendiri. Jadi, biar Zara merasakan dulu. Nanti, di lain hari pasti tahu jawabannya. Sabar ya, cantiknya Ayah."
"Tuh, dengerin. Jadi orang harus sabar. Jangan cemberut muluu!" goda sang kakak jahil.
"Ihh! Apaan sih Kak Zaki? Aku kan cuma nanya! Masa nggak boleh?"
"Sudah, sudah. Jangan bertengkar. Paket sembakonya udah bosen lihat kalian bertengkar mulu," ujar sang Ibu, berusaha melerai kedua anaknya yang nggak ada bosennya cari gara-gara.
Keluarga Zara adalah keluarga yang memiliki program kerja tahunan berupa berbagi paket sembako ke guru TPA, berbagi bingkisan hari raya dan oleh-oleh ke sanak saudara, dan nggak ketinggalan berbagi uang saku alias THR yang selalu ditunggu-tunggu oleh anak-anak kecil saat lebaran tiba. Rutinitas tahunan inilah yang membuat Zara menanyakan hal yang mungkin terdengar aneh bagi beberapa orang. Jalan pikirannya yang masih sederhana, polos, nan lugu membuat siapa pun pasti tertawa ketika mendengar pertanyannya.
Jika di lagu ciptaan Bimbo berbunyi:Â ada anak bertanya pada Bapaknya, buat apa berlapar-lapar puasa?