Mohon tunggu...
Najmi Nahdin Afkari
Najmi Nahdin Afkari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa yang berkuliah yang suka berangan-angan

Berbiasalah berbahagialah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Rokok, Kopi dan Uang

6 Juli 2022   21:10 Diperbarui: 6 Juli 2022   21:30 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Uang yang sangat membagongkan. Bisa dikatakan seperti itu. Jadi begini, suatu ketika di malam hari disebuah desa yang jauh dari kota kecamatan. Seseorang hendak pergi untuk mencari angin, jalan-jalan. Seketika terlintas untuk membeli sesuatu. 

Namun teringat bahwa saat itu masih hujan rintik-rintik. Dengan begitu, niat untuk pergi diurungkan. Selang beberapa saat setelah waktu Isya hujan pun reda, dan langsung saja tanjap gas untuk jalan-jalan ke kota kecamatan. 

Disamping jalan terlihat sebuah toko kelontong, yang tidak terlalu besar, persis di samping SPBU. Tanpa pikir panjang, langsung saja ke toko tersebut setelah mengisi bensin, tentunya.

Saat tiba di toko, dengan uangg 50k yang masih baru, dikarenakan uang yang baru dicetak oleh Bank. Hehehehe. Ia pun membeli rokok dan kopi dengan kembalian 20k. Namun tanpa sadar, tidak mengetahui bahwa uang tersebut telah lusuh, bahkan bolong. Saat sampai dirumah baru menyadari bahwa uang tersebut bisa dikatakan tidak laku untuk pasar. Seketika keinginan untuk ke toko tersebut untuk menukar uang tersebut diurungkan, dikarenakan hari sudah malam.

Dengan dibelinya kopi dan rokok tadi dipadukanlah dua hal tersebut di teras rumah. Kopi sudah dibuat dan rokok pun dihisap sedikit demi sedikit. Ia pun mulai mencoba menerawang lebih jauh lagi tentang hal ini.

Lima hari berlalu, berniat membeli hal serupa. Dengan uang kembalian yang masih disimpan pada saat itu. 

Tetapi di saat membayarnya sang penjual tidak mau menerima "nggak bisa, soalnya uang itu susah untuk ditukarkan kembali," ucap sang penjual dengan gaya sok elite. "tapi bu, saya dapet kembalian dari sini," ucapnya. "tetap gak bisa", penjual dengan lagaknya yang wah, malah melayani seorang pembeli yang baru saja tiba, dengan senyum yang dipaksakan. 

Dan si penjual pun berkata "ambil dulu aja barangnya, dan ganti uangnya, nanti kesini lagi". Dan seketika Ia pun tertegun, dikarenakan perjalanan ke toko tersebut yang tidak terlalu dekat. Namun tanpa pikir panjang, Ia pun mengambil uangnya, bukan barangnya. Dikarenakan si ibu pemilik warung menolak, ya sudah mau gimana lagi.

Di tengah peerjalanan pulang ia pun hanya memikirkan uang tersebut. Bukan hanya seberapa besar uang tersebut, Cuma 20k kok, tapi bagi orang-orang 20k itu uang yang lumayan. Bisa untuk membeli martabak terang bulan satu. Dalam benaknya juga memikirkan mengapa masih diedarkan uang tersebut dan yang menjadi korban ialah saya. iya, saya sendiri. Korban dari uang yang berguna dipasarkan.   

Entah siapa yang salah, saya yang tak melihat keadaan uang tersebut atau si Penjual yang memang sengaja memberikan uang tersebut. Sebagai pembeli tentunya lebih teliti lagi dengan dengan uang kembalian dengan memastikan uang tersebut masih layak atau tidak.

Hal ini tentunya menjadi perhatian besar oleh Bank Indonesia, attau bahkan para penjual. Dan menjadi sebuah masalah, uang yang seharusnya menguntungkan ini malah merugikan salah satu pihak. Duh, harus ngadu kepada siapa? Kan hanya uang 20k kok. Ikhlaskan saja.

Mungkin orang lain akan merasakan hal yang sama atau berbeda dengan saya. Bisa jadi ada yang tak terima dengan hal tersebut, dengan membela setengah harga diri agar si Penjual mau menerima uang itu. Saya memilihi ikhlaskan. Yap, ikhlaskan saja. 

Maksudnya dengan menyimpannya sendiri dan tidak mengedarkan kembali uang tersebut, dengan membeli barang lain. Kan kasihan  juga, bagaimana perasaan orang yang susah mencari uang dengan  mati-matian, namun tak layak dipasaran.

Zaman yang semakin berkembang ini, tentu banyak cara untuk membeli sesuatu. Dengan uang digital contohnya. Tetapi sangat jarang sekali ada sebuah warung yang menyediakan model pembelian dengan cara seperti itu. Dengan begitu, tentu tidak akan ada kejadian yang seperti saya alami. Uang yang tak layak dipasarkan.

Jika ada warung yang seperti itu bisa jadi akan lebih baik. Uang konvensional yang ada di Indonesia sekarang ini memiliki nilai yang beragam, mulai dari ratusan dan ribuan. 

Tentu masih banyak uang tak memiliki arti jika diedarkan. Berbeda dengan uang digital yang selalu tersimpan di aplikasi uang digital. Akan tetap sama bentuknya, tidak akan kusut, robek bahkan bolong. Namun dengan adanya uang konvensional maupun digital memiliki plus minusnya sendiri.

Pada akhirnya manusia akan memilih bingung dengan adanya uang yang banyak ketimbang dengan tak memiliki uang sepeser pun. "Lebih baik uang 20k tapi halal daripada uang 5k tapi halal." Kalimat itu saya lihat di berbagai media sosial. Toh, mending uang yang memiliki nilai yang besar daripada uang yang memiliki nilai kecil. Jika tidak ada yang nominal yang besar, terpenting kan memiliki uang, entah itu besar ataupun kecil.

Dan selanjutnya saya pun menyimpan uang tersebut di dalam sebuah celengan, untuk saya simpan sendiri dan tidak akan mengedarkannya. Untuk menjadi kenang-kenangan saja mungkin untuk esok kedepannya dan tentunya agar lebih berhati-hati lagi agar tak masuk ke lubang yang lebih besar lagi. 

Terkadang miris juga lihatnya, jika para pedagang kecil menerima uang yang tak layak seperti itu. Dagangan tak memperoleh untung lebih, namun mendapatkan uang yang tidak bisa dipasarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun