Mohon tunggu...
Najmie Zulfikar
Najmie Zulfikar Mohon Tunggu... Administrasi - Putra : Hamas-ruchan

Pe[ngen]nulis | Konten Kreator YouTube | Channel : James Kalica

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hujan Turun, Waktunya Petani "Ngrabuk" Jagung

27 Februari 2020   12:43 Diperbarui: 27 Februari 2020   12:40 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Petani di Lamsel memupuk tanaman jagung dengan suply pupuk bersubsidi melimpah dari Pemerintah (foto: cendananews)

Kemarin sore menjelang magrib rintik-rintik hujan terdengar jatuh ke genteng. Awalnya mengira akan gerimis seperti biasa. Saat adzan berkumandang, lantunannya hampir tak terdengar dari rumah. Saut-menyaut antara derasnya hujan yang sebelumnya rintik-rintik berubah deras dan membasahi seluruh genteng rumah. Air yang terjatuh dari atas berkumpul ke tanah. 

Tanah yang kian basah, membuatnya menjadi lunak dan lembek saat kaki memijaknya. Air yang berhamburan ramai-ramai menelusuri sungai melalui saluran-saluran kecil pembuangan.

Turunnya hujan disambut suka cita oleh kami (para warga). Warga di kampung yang bermata pencaharian sebagai petani. Saat ini akan memasuki masa panen. Mungkin hanya hitungan minggu saja, semuanya akan indah pada waktunya.

Sementara menunggu panen padi, yang namanya petani tidak hanya mengandalkan padi saja sebagai sumber pangan. Karena masih ada lahan lain seperti ladang yang digunakan untuk menyambung hidup. Jadi, eman-eman kalau ladang hanya dibiarkan begitu saja dan menjadi tempat yang subur untuk rerumputan.

Ladang yang identik dengan tempatnya yang kering dan jauh dari sumber mata air sangat cocok ditanami jagung. Karena tanaman tersebut tidak mengandalkan banyak air untuk bisa hidup. Bisa dibilang jagung adalah tanaman yang perawatannya sangat mudah alias tidak riweuh. Bisa ditinggal-tinggal dan tidak membutuhkan perawatan yang intensif jika dibandingkan saat menanam bawang merah, cabai dan juga tomat.

Saat ini jagung yang ditanam di desa kami berumur sekitar 3 mingguan. Kira-kira tingginya satu jengkal ukuran anak kelas V SD. Masih kecil-kecil dan berjuang menuju hidup. Untungnya tidak diserang oleh tikus-tikus liar. Jadi semua jagung aman. Sedikit tambahan informasi, kalau jagung yang ditanam saat ini termasuk jagung pada masa tanam penghujan. Kalau orang jawa bilang musim rendheng (penghujan).

Kebiasaan petani saat turun hujan

Hujan yang turun sore kemarin merupakan berkah bagi petani. Selain merubah temperatur udara dari panas ke dingin secara massal, hujan juga merupakan shower untuk membasi jagung-jagung yang sudah ditanam. Mengingat jagung-jagung yang sudah lama tidak tersiram air hujan pascatanam.

Saat hujan turun seperti kemarin, biasanya keesokan harinya parapetani akan berduyun-duyun ke ladangnya masing-masing untuk 'Ngrabuk Jagung' (memupuk jagung). Waktu tersebut dinilai sebagai waktu yang pas untuk memupuk jagung. Mengingat, air hujan yang turun kemarin, keesokan pagi akan menjadi embun. 

Embun tersebut akan terlihat pada daun-daun di setiap jagung yang tumbuh. Embun-embun tersebut saat siangnya akan jatuh ke permukaan tanah saat terkena angin yang bertiup. Oleh karena itu, para petani biasa sekitar setengan enam pagi sudah berangkat ke ladang dan memupuk jagung-jagung mereka. Telat sedikit akan kehilangan momentum 'ngrabuk jagung'.

Cara 'ngrabuk jagung'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun