Mohon tunggu...
Najmie Zulfikar
Najmie Zulfikar Mohon Tunggu... Administrasi - Putra : Hamas-ruchan

Pe[ngen]nulis | Konten Kreator YouTube | Channel : James Kalica

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Tulisan dan Literasi Digital

2 Juli 2019   08:14 Diperbarui: 2 Juli 2019   08:32 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Garudigital

Hujat menghujat, adu domba, nyinyir di media sosial dapat memecah belah persatuan. Jika dahulu mulutmu adalah harimau mu. Nampak hal tersebut mulai tergantikan dengan jempol mu adalah harimau mu.

Membaca informasi ataupun pesan-pesan di media sosial saat ini. Bukan hanya sekedar membaca, namun juga harus mehami maknanya. Jika informasi yang dibaca syarat akan manfaat, sudah barang tentu untuk disebar luaskan. Jika informasinya bernuansa hate speech, hoax, provokatif juga menjadi tugas bersama untuk tidak menyebarluas ke ranah yang lebih luas.

Informasi yang menyesatkan diciptakan untuk membuat kegaduhan. Oknum yang tidak bertanggung jawab ini bekerja secara Terstruktur, Sistematis dan Massif. Tujuannya jelas, menciptakan kegaduhan, perpecahan dan menghambat kerja Pemerintahan.

Menyambung dari apa yang disampaikan oleh Syech Yasin Abdul Aziz Tokoh Harakah Islamiyyah, dari Yaman bahwa sikap permusuhan sesungguhnya lahir dari kedengkian, makar, dan tipu daya terhadap harakah Islam. 

Oleh karena itu mereka berupaya untuk menguasai negara-negara islam dalam rangka melancarkan tipu dayanya agar senantiasa terjadi perpecahan antara jamaah-jamah Islam dan menghambat kemajuannya agar tidak sampai munculnya sebuah kedaulatan Islam.

Terlepas dari sekedar kebetulan atau sebuah kebenaran. Apa yang disampaikan Syech Yasin menggambarkan fenomena yang terjadi belakangan ini di tanah air. Isu sara, hate speech, hoax dan juga provokatif yang memicu tindakan makar massif terjadi dipermukaan. Sepertinya ada pihak-pihak yang tidak menginginkan sebuah kedaulatan negara Indonesia.

 Yang terbangun dari berbagai macam energi-energi yang bersumber dari perbedaan yang terbingkai dalam kebhinekaan. Tujuannya mengadu domba, menghasut sesama saudara sebangsa. Agar tidak tercipta sebuah kedaulatan Indonesia, yang tumbuh menjadi negara besar.

Kedua literasi diatas begitu penting demi kemajuan sebuah bangsa. Indonesia sebagai negara yang besar dan hiterogen masyarakatnya harus melek tulisan dan digital. Namun meliterasikan masyarakat masih menjadi hambatan yang seutuhnya belum rampung secara tuntas.

Pemerintah juga tidak tinggal diam. Untuk meningkatkan literasi, pemerintah telah melakukan "Gerakan Literasi Sekolah" yang bertujuan untuk membangun kultur literasi bagi semua siswa (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016).

Melakukan dan mengkampanyekan gerakan literasi di sekolah pun masih belum cukup. Gerakan literasi sekolah perlu ditopang dengan gerakan literasi keluarga. 

Mengingat keluarga mempunyai peranan yang begitu penting dalam mendidik individu-individu didalamnya. Keluarga merupakan sekumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung didalamnya (Ki Hajar Dewantara,1961).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun