Mohon tunggu...
Najla Ulayya
Najla Ulayya Mohon Tunggu... Guru - Seseorang yang masih ingin belajar

Assalamu'alaikum

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi Novel | "Metamorfosis", Ketika Zona Aman Tak Lagi Nyaman

26 Januari 2020   19:12 Diperbarui: 26 Januari 2020   19:33 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TEMUKAN DIRIMU

Judul : Metamorfosis, Ketika Zona Aman Tak Lagi Nyaman
Penulis : Sa'diah Lanre Said
Penerbit : Tinta Medina
Cetakan : Agustus 2019
Tebal : 468 halaman
ISBN : 978-623-7394-04-4

Hidup di lingkungan keluarga yang Agamis, membuat seorang Zahirah tumbuh menjadi pribadi yang baik budi pekerti. Anak dari seorang Ulama besar, mapan dan keturunan bangsawan Bugis. Lulus dari sekolah dasar, Zahirah mendapat tiket liburan ke pulau Jawa dari Abahnya yang tidak lain rupanya adalah sebuah cara untuk Zahirah agar menetap di sebuah pesantren di Surabaya.

Rasa kesal dan sedih bercampur dalam dirinya, berkecamuk kacau. Tega-teganya abah melepas putrinya dengan cara  begini. Namun, itu justru membuat Zahirah enggan pulang bahkan ketika sesuatu menimpa dirinya hingga membuat Zahirah harus kehilangan ingatan normalnya sebagian yang sungguh menjadi cobaan paling berat baginya. Tetapi, bukan Zahirah Namanya jika mudah menyerah. Dengan segala keterbatasan, Zahirah terus bertahan di pondok sampai mendapat gelar alumni.

Hidup terus berlanjut. Zahirah menginjakkan kakinya di salah satu Universitas, di sinilah Zahirah bertemu dengan sosok bernama Fairuz, seorang kakak tingkatnya yang suatu saat memberinya sebotol minuman secara tiba-tiba. Lelaki yang mengajarkannya banyak hal, sahabatnya dalam memperbincangkan seluruh filosofi kejadian dalam kehidupan.

Saling berbagi ilmu, itulah yang Zahirah lakukan bersama Fairuz. Semuanya aman-aman saja sebelum gosip tentangnya dengan Fairuz menyebar ke segala penjuru kampus bahwa ada hubungan spesial di antara mereka. Fairuz yang memang tampan dan cukup terkenal, mudah sekali menjadi buah bibir mahasiswi dari segala tingkatan dan jurusan.

Sedangkan Zahirah, dicemooh habis-habisan. Tak mau ambil pusing, itulah karakter khas seorang Zahirah. Selama memang dirinya dan Fairuz tidak ada apa-apa selain kawan berbagi pengalaman, ya tidak masalah. Untuk apa mendengarkan komentar-komentar jelek mereka. Kau hanya akan terbunuh jika begitu.

Tetapi gosip terus bergulir. Dari mulut ke mulut. Zahirah tidak bisa terus tidak peduli ketika ia melihat raut sendu penuh kabut kesedihan di wajah Fairuz kala sore hari di tepi pantai. Zahirah bukannya sengaja, ia diajak (sebenarnya lebih pada 'dipaksa') oleh seseorang dari masa lalunya untuk berjalan-jalan ke pantai, dan ya...

Zahirah menyaksikan sesuatu yang mengusik rasa kaingintahuannya yang selama ini tertidur pulas. Zahirah ingin tahu lebih dari yang selama ini ia tahu mengenai Fairuz. Tidak salah bukan? Toh Zahirah adalah sahabatnya? Justru Zahirah merasa bersalah saat itu kala dirinya rupanya belum tahu siapa Fairuz yang sebenarnya, bagaimana Fairuz di belakang dirinya. Seluruh keingintahuan itu benar-benar mengusik, merubah kehidupan Zahirah.

Kejadian demi kejadian membingungkan lainnya bermunculan dan memuncak di hari, dimana Zahirah mendapatkan surat dari Fairuz yang berisi :

"Apapun yang terjadi, bisakah kamu memercayaiku seperti di awal kita bertemu? Apapun yang mereka katakan, bisakah kepercayaan itu, tetap ada untukku?" (Hal 176).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun