"Rama, tadi ada Yaya datang kemari nanyain kamu, siapa tahu ia rindu padamu" Sambung Dimas pada Rama agak ngejek. Rama hanya diam enggan menanggapi celotehan Dimas yang menurutnya tidak penting, padahal hatinya sedang tidak karuan.
"Ada apa denganmu Rama? Kamu terlihat serius sekali."
"Coba kamu lihat, kamu paham lirik dari lagu ini?" Sambil menyodorkan laptop yang menunjukkan Yaya yang sedang bernyanyi.
"Ini suaranya Yaya ya? Jutek jutek boleh juga, kamu masih memikirkannya?"
Rama hanya mengangguk.
Tanpa di kata kasih tetaplah kasih, Irismu indah, aku pengagumnya.
"Aku selalu takjub dengan pandangmu Namun pandangmu malam tadi membuatku pilu. Pandang mu tak lagi indah, apa ini pertanda? Kasihmu untukku telah kau hilangkan? Aku enggan kamu pergi. Aku sering ingin menyerah, namun irismu mengatakan jangan, Namun dengan irismu semalam aku tahu akau menyimpulkan irismu tak lagi untuk ku. Akan sulit tapi aku ikhlas, Berbahagialah sayangku"
"Dimas, Aku yakin ini adalah pesan dari Yaya untukku. Aku yakin dia tahu, dengan lirik ini dia memintaku mundur?" tanya Rama pada Dimas yang sedang memperhatikan lirik itu.
"Entahlah, aku bingung kenapa kamu masih saja jatuh kepada si jutek itu. Kalau sudah tidak bisa, jangan dipaksakan, Rama"
"Dia itu berbeda. Dia itu unik, dia memang jutek tetapi dia selalu menatapku dengan mata nya yang indah. Aku heran aku tetap jatuh padanya walaupun pernah dikecewakannya kenapa aku masih bertahan?" Jelas Rama.
"Menurutku kalian hanya butuh hilangkan egois kalau nyata nya masih memikirkan satu sama lain." Sahut Dimas.
Setelah beberapa hari terlewati Rama tak tahan ia ingin berbicara kepada Yaya. "Ada apa Rama?" balas Yaya singkat. "em,em aku ingin berbicara denganmu" Sambung Rama yang grogi. Â "Maaf, Rama, aku harus pergi sekarang" Sambung Yaya meninggalkan Rama sendiri.