Mohon tunggu...
Safinatun Naja
Safinatun Naja Mohon Tunggu... Penulis - safinatun naja

Nama saya safinatun naja dan saya seorang mahasiswi diuniversitas Islam negeri sumatera Utara, saya sangat mencintai sastra dan sering meluangkan waktu untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ma, Boleh Mandi Hujan?

5 Desember 2019   12:50 Diperbarui: 5 Desember 2019   13:04 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karya: safinatun naja

Hujan selalu menghadirkan sebuah keindahan dan kebahagiaan yang tak mampu terjelaskan melalui sudut pandang apapun,kehadiran setitik embun itu benar-benar membuat semua penikmatnya begitu menggila dan beberapa kali mencoba menari-nari dibawah guyurannya.

Namun hal itu sangat jauh berbeda dengan yang kurasakan,sejak kecil ibuku selalu melarangku untuk bermain-main dibawah guyurannya.

Bahkan setiap kali rintihan hujan turun,ibu selalu menyuruhku masuk kedalam rumah sebab ia terlalu khawatir kalau nanti aku bisa terkena demam dan setiap kali aku menolak ia selalu menceritakan kisah-kisah khayalan yang terkadang bakal terdengar lucu oleh diriku yang kini sudah memasuki usia dewasa setiap kali diriku kembali mengingat masa-masa itu.

Pernah  sekali aku mencoba menangis dan memohon kepadanya untuk membiarkanku bermain hujan bersama teman-teman yang kebetulan hari itu adalah pesta ulang tahunku yang memasuki usia 7 tahun.

Aku berusaha membujuknya dan berharap permintaan kali ini dikabulkannya.

"Mama,bolehkan kakak mandi hujan?"tanyaku memelas sembari menggenggam jemarinya yang hangat.

"Gak kak,nanti kalau kamu mandi hujan bisa sakit"ia bersikukuh dengan keputusannya, "lagian nanti kamu dimakan sama monster kalau gak menuruti perintah orang tua loh"sambungnya lagi mencoba menakutiku yang saat itu masih sangat polos.

"Makanya kakak minta ijin mama,boleh ya ma sekali aja bareng kawan-kawan kok"aku mulai menangis pelan,entah mengapa saat itu aku begitu sangat cengeng.

Tentu saja ibuku tak tega melihat putrinya yang terus saja tak berhenti merengek dan akhirnya memilih mengalah membiarkanku mandi hujan.

Tetapi saat aku berlari riang menyusul teman-teman diluar rumah,percikan air hujan itu berhenti menetes dan seketika langit perlahan mulai berani memperlihatkan wajahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun