Mohon tunggu...
Nadja Djasli
Nadja Djasli Mohon Tunggu... -

Lahir 08 Juni 19. . . . di sebuah kampung kaki gunung 'Sitodong'tepatnya di Bumi Sawerigading yang merupakan salah satu daerah peradaban tertua sekaligus wilayah tertua peradaban Islam di wilayah Timur Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kwek Kian Gie Pejuang BBM, Amien Rais Ikutan

26 Maret 2012   20:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:26 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

*Sisilain Rencana Kenaikan BBM

Menjadi catatan buram di negeri ini, acapkali kenaikan BBM diawali dengan aksi demo. Demo yang damai menyampaikan kritikan konstruktif sah-sah saja. Tapi demo yang  berbuntut pada anarkis tentu akan ada kerugian, fisik dan materi, pun korban nyawa kadang terjadi. Lalu untungnya apa dan siapa yang diuntungkan? Soal lain, setiap demo berdalih untuk kepentingan rakyat kecil. Rakyat kecil siapa? Karena bagi rakyat kecil yang terpikir adalah apa yang dimakan untuk esok harinya. Bagi rakyat kecil yang memahami kesyukuran nikmat Allah, yakin Tuhan akan mengaturnya. Mereka hanya pikir bekerja dan berdoa untuk sesuap nasi. Karena mereka sadar bahwa yang bercuap-cuap soal kenaikan BBM hanya untuk kepentingan para usahawan.

Lebih dipahami lagi dan sudah bukan rahasia umum pendemo ini dibiayai oleh kelompok-kelompok tertentu yang tentunya untuk kepentingannya sendiri. Apalagi bagi politisi yang haus akan kekuasaan memanfaatkan moment seperti ini untuk menarik simpati seolah-olah berada di pihak rakyat kecil.  Memiriskannya, mahasiswa menjadi 'bamper' atas nama rakyat. Ada ikut alasan solidaritas, adapula aktualisasi diri, ada yang karena 'sesuatu'. Paling miris sebagai pahlawan idealis yang termakan eksploitasi ide-ide provokasi dan propoganda. Sementara, harapan orang tua bagi mahasiswa anaknya belajar dengan baik dan kelak paling tidak mampu menghidupi dirinya dan membahagiakan orang tua. Kita yakini tak ada satupun orang tua menyekolahkan anaknya untuk berdemo dan pahlawan bagi orang lain. Tapi yang ada menimal menjadi pahlawan bagi dirinya dan keluarganya. Berdemo dengan ke-ego-an untuk menunjukan eksistensi diri sebagai 'pejuang' itu hanya sia-sia dan bahkan merugikan dirisendiri.

Pada sisilain, pihak mendapat untung tertawa terbahak-bahak memetik buah dari perjuangan itu. Kasus 98 misalnya, Amien Rais mendapat gelar sebagai tokoh reformasi. Karena mampu mengeksploitasi ide-idenya melalui jaringan mahasiswa. Rezim Soeharto berakhir dengan peristiwa itu. Sekaligus mengantar Amien Rais sebagai Ketua MPR-RI dan berlanjut pada tujuannya mencalonkan diri sebagai presiden. Sayang, eskploitasi ide berakhir dan kariernya  hanya pada batas calon presiden. Ironisnya setelah berakhir Rezim Soeharto,  ada lagi kembali memuja-muji pada rezimnya. Padahal seketika itu, 30 Tahun Kepemimpinan Soeharto yang mendapat gelar bapak pembangunan nasional hanya terbalas dengan kebencian. Lalu, ada mengatakan andai saja Soeharto masih presiden.

Dengan begitu, setiap gerakan punya tujuan terselubung dan tidak murni untuk kepentingan rakyat kecil. Belakangan pula beberapa tokoh nasional menuding Amien Rais menjadi  satu penyebab terpuruknya bangsa adalah hasil reformasi. Seperti dikutip dari (http://kabarnet.wordpress.com/2010/12/26/ahmad-mubarok-amien-rais-salah-satu-penyebab-indonesia-terpuruk). Oleh Mubarak bahwa salah satu penyebab keterpurukan bangsa yang terjadi pasca Orde Baru saat ini adalah karena reformasi yang terjadi pada tahun 1998 terlalu dipaksakan, tanpa melalui konsep yang diperhitungkan. "Reformasi yang dilakukan oleh Amin Rais tidak konseptual, tapi lebih pada reformasi emosional. Amin Rais terlanjur emosi terhadap Soeharto, emosi terhadap Golkar, dan juga terhadap ABRI
Akibat reformasi emosional Amien Rais ini,  sistem negara tumpang tindih hingga saat ini.

“Bangsa Indonesia saat ini terjebak pada hasil reformasi yang tumpang tindih, dan yang lebih parah lagi kita tidak tahu siapa yang menumpang dan siapa yang menindih sehingga semuanya serba susah. Jadi bisa dikatakan saat ini kita sedang menikmati hasil reformasi emosional,” kata Mubarok. [Rakyat Merdeka]

Baru-baru ini wawancara Kwek Kian Gie di metro TV soal BBM dan akhirnya menjadi pembenaran beberapa orang dalam opini dan komentar di media-media. Bahkan Amien Rais sependapat dengan analisis Kwek Kian Gie yang menyatakan "Subsidi BBM adalah bohong".  Amien Rais mengamini pernyataan itu bahwa "Ini aneh bin ajaib. Menurut saya yang betul adalah ekonom kita yang menganggap menaikkan harga BBM setinggi itu tidak perlu sama sekali," demikian Amien Rais dikutip  (http://www.seruu.com/utama/politik/artikel/amien-rais-dukung-analisa-kwik-kian-gie-soal-bbm).

Masalah kenaikan BBM ini menjadi kontraversi karena di sisilain akan berdampak pada usaha ekonomi bagi para kelompok tertentu. Yang pada dasarnya, justru kita tidak sadar menjajah kita secara ekonomi. Belum lagi dimanfaatkannya para aktor politik untuk mencari simpati. Di berbagai pelosok nusantara, aksi demo penolakan terjadi dimana-mana. Siang kemarin misalnya, aksi demo mahasiswa di Makassar, akhirnya ricuh dengan warga pengusaha tambal ban bekas lantaran mahasiswa merampas ban bekas guna membakarnya di jalan.  Itukah  wujud untuk kepentingan rakyat kecil. Belum lagi lumpuhnya angkutan umum dalam kota yang juga berampak pada terhambatnya aktivitasnya rakyat kecil untuk mencari nafkah. Polisi bersikap tegas dan bahkan ada hanya membela diri lalu itu dikatakan anarkis. TNI siaga untuk mem-back-up Polri lalu itu dikatakan berlebihan. Padahal prinsipnya TNI adalah garda terdepan menjaga stabilitas kemananan dalam negeri dan luar negeri. Terakhir, bahwa demo penolakan kenaikan BBM hanyalah akal-akalan para orang-orang haus kekuasaan dan para pebisnis. Terima atau tidak itulah pemikiran saya yang tak tahu apa-apa dan bukan siapa-siapa dari sisi lain soal kenaikan BBM. Salam negeriku.....(8676)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun