Mohon tunggu...
Nailir Rahmah
Nailir Rahmah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak dan Gadget, Baikkah?

22 Oktober 2017   01:23 Diperbarui: 25 Oktober 2017   04:37 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknologi dunia sudah sangat berkembang pesat. Bagaimana tidak, coba kita lihat bagaimana manusia memperlakukan teknologi. Seakan-akan ia tak akan bisa hidup tanpanya. Bahkan jika kita tarik pada posisi yang paling bawak, anak-anak, berapa persen dari mereka yang tak menyentuh teknologi, khususnya HP? Sejak TK anak-anak sudah diperbolehkan menggunakan hp, bahkan bukan hanya menggunakan ia sudah memilikinya.

Berbicara tentang anak, bagaimana jika seorang anak sering menggunakan teknologi, khususnya HP ke sana kemari, baik atau buruk? Banyak orang yang melarang anaknya untuk selalu menggunakan HP, akibatnya, mental anak yang berpengaruh. Karena ketidakbolehannya itu akan melahirkan penasaran yang bahkan jauh lebih tinggi intensitasnya daripada orang lain.Namun, jika kita coba melihat pada negara yang pembuatHP seperti Jepang, seorang anak kecil tidak akan pernah mendapatkan HP, bahkan ia akan memberikanna saat memasuki dunia SMA.

Pendapat tersebut penulis akui memang betul, keburukan HP lebih banyak dibandingkan dengan kebaikannya. Namun tidak bagi penulis, HP memunyai manfaat yang sangat besar bagi seorang anak. Bahwsanya HP dapat meningkatkan daya nalar seseorang, ia pun dapat membentuk seseorang untuk dapat berpikir kritis.

Coba kita perhatikan, literasi yang ada di Indonesia. Watak bangsa Indonesia saat ini sangat jarang ditemukan yang benar-benar mencintai literasi ataupun buku. Apalagi jika kita pikirkan ulang bagaimana asal mula sebuah buku dihasilkan, jika kita melihat lebih dalam buku yang beredar dipasaran berasal dari pohon di hutan-hutan kita. Bisa kita bayangkan bagaimana nasib pohon kita jika setiap harinya kita gunakan untuk membuat buku, sedangkan tumbuhnya membutuhkan waktu beberapa tahun lamanya, bagaimana nasib Indonesia jika seperti itu?

Bahkan, buku yang beredar pun kebanyakan buku-buku sampah yang hanya memenuhi kewajiban akademik, misalnya seorang magister harus mempunyai buku untuk menunjang pendidikannya. Jika semua tulisan yang ada hanya untuk memenuhi kebutuhan akademik tanpa ada nilai guna yang nantinya juga akan berakhir di tangan-tangan pedangang sebagai bungkus dagangannya atau alas, atau yang lainnya, bagaimana nasib hutan kita, bagaimana nasib literasi kita? Tentunya membutuhkan rekonstruksi ulang, yaitu dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Nah, jika kita bisa berpikir lebih jauh, Hp bisa digunakan sebagai sebuah alat literasi. Telah banyak fakta yang menunjukkan bahwasanya setiap anak mempunyai daya pikir yang sangat tinggi, sehingga meskipun saat kecil ia sudah bermain game di Hp, otaknya akan membentuk sebuah aturan dan konsep dalam permainan tersebut, karena sebuah permainan biasanya membutuhkan aturan dasar yang harus dilakukan oleh sang pemain.

Lebih dari itu, seorang anak juga bisa mempelajari bahasa yang ada, meskipun pada mulanya ia tidak paham dengan maksud yang tertulis, ia akan mencari tahu untuk memenangkan game tersebut.

Sehingga, untuk seorang anak, itu adalah masa yang memang sudah selayaknya dimiliki, kita tidak bisa menutup ataupun mengekang seorang anak untuk tidak memegang Hp, apalagi di Indonesia. Karena jika itu terjadi, maka seorang anak akan mulai memberontak sehingga melakukan perbuatan di luar yang sewajarnya.

HP bukan hanya sekedar kesenangan belaka, namun saat ini jika seorang anak tidak mendapatkan asupan teknologi yang benar dibawah naungan pengasuhan orang tua, ia akan benar-benar tertinggal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun