Mohon tunggu...
Naili Rahmah
Naili Rahmah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis adalah

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemuda dan Sanitasi di Masa Depan

14 Februari 2020   19:40 Diperbarui: 14 Februari 2020   19:41 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia" 

Ungkapan tersebut digaungkan Presiden pertama RI, Ir. Sukarno di momen HUT Proklamasi pada Tahun 1966.  Puluhan tahun berlalu sejak  pertama kali diucapkan, hingga kini kalimat tersebut masih sering disematkan dalam berbagai pembicaraan ataupun tulisan dengan tema kepemudaan.  Diksi yang dipilih Bung Karno dalam menggambarkan peran pemuda pada satu sisi memang terkesan berlebihan.  Namun disisi lain, ungkapan tersebut menyiratkan harapan serta keyakinan proklamator akan peran pemuda untuk kemajuan bangsa ini.  Terbukti, kini negara ini memiliki banyak sosok pemuda yang mampu berkiprah  baik dalam berbagai bidang.  

Dalam kalimat yang diucapkan Bung Karno, diisyaratkan potensi yang luar biasa pada diri pemuda.  Potensi ini diharapkan dapat diimplementasikan dalam gerakan-gerakan dan kontribusi pada bidang yang berkaitan dengan perbaikan kualitas hidup masyarakat. Sanitasi salah satunya.  Sayangnya, saat ini belum banyak pemuda yang tertarik untuk berkontribusi pada bidang sanitasi.  Selain itu, pemuda juga masih jarang dilibatkan dalam upaya-upaya pembenahan permasalahan-permasalahan terkait sanitasi di Indonesia.  Padahal, upaya untuk menciptakan kondisi sanitasi yang baik adalah tanggung jawab semua pihak, tak terkecuali pemuda. 

Kondisi Sanitasi di Indonesia

Sebelum membahas lebih jauh mengenai peran pemuda dalam bidang sanitasi di Indonesia, alangkah baiknya membahas  gambaran mengenai kondisi sanitasi di Indonesia secara umum terlebih dahulu.  Kondisi sanitasi di Indonesia, baik dari akses sanitasi hingga perilaku sanitasi masyarakatnya masih jauh dari kondisi layak dan baik.  Tidak tanggung-tanggung, saat ini Indonesia berada di peringkat ke dua terburuk di dunia dalam urusan buang air besar sembarangan menurut World Health Organisation (WHO).  Dikutip dari Data Monev STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Kementerian Kesehatan, akses sanitasi layak nasional masih berada di angka 78,80 %.  Angka ini masih jauh dari target negara terkait tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu mencapai 100 % akses sanitasi dan air minum layak pada 2030. 

Menyelesaikan persoalan di bidang sanitasi tidaklah mudah.  Akses sanitasi yang layak dan aman harus diupayakan dengan optimal.  Di sisi lain, upaya-upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sanitasi buruk pada masyarakat juga harus dilakukan.  Bisa dikatakan, permasalahan terkait sanitasi adalah masalah dasar sekaligus kompleks.  Tidak hanya menimbulkan  permasalahan ingkungan dan kesehatan saja, perilaku sanitasi buruk dengan keterbatasan akses sanitasi bisa berimplikasi pada banyak hal.

Mulai dari permasalahan di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, hingga kualitas sumberdaya manusia negara ini dapat terdampak oleh kondisi sanitasi buruk.  Bank Dunia melalui Kajian Program Air dan Sanitasi (Water Sanitation Program - WSP)   pun telah menyebutkan bahwa kondisi sanitasi buruk mampu menghambat pertumbuhan Indonesia

Melihat persoalan akses air dan sanitasi yang cukup kompleks, sudah seharusnya persoalan  ini menjadi tanggungjawab semua pihak  melalui pendekatan multi-sektor.  Selain itu, persoalan sanitasi juga harus disikapi dengan visioner.  Pasalnya, permasalahan sanitasi jika tidak segera dituntaskan akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di masa depan.  Pemuda yang selalu disebut-sebut sebagai generasi pemilik masa depan pun sudah seharusnya ikut mengambil peran.

Kelompok Pemuda yang Fokus pada Permasalahan Sanitasi

Sebut saja YSC (Youth with Sanitation Concern), sekelompok pemuda asal Provinsi Lampung yang tergerak untuk meciptakan perubahan pada kondisi sanitasi di lingkungannya.  'Pemuda pelopor sanitasi aman', begitu cara mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai visi komunitas yang diamininya. Kelompok yang terdiri dari 46 orang pemuda itu mulai bergerak mengkampanyekan gaya hidup sanitasi aman sejak akhir tahun 2018.  Dengan dukungan SNV Netherlands Development Organitation, Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), serta lembaga dan komunitas lainnya yang bergerak di bidang yang sama, YSC berupaya untuk mewujudkan kondisi sanitasi yang layak dan aman di Indonesia berdasarkan dengan tujuan SDGs (Sustainable Develpment Goals)  ke 6 yaitu air bersih dan sanitasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun