Persaingan bisnis yang semakin inovatif kini terlihat semakin ramai, banyak  di pinggir-pinggir jalan penjualan berbagai macam rasa minuman dengan tempat yang menarik terutama bagi remaja. Desaign yang membuat para pembeli betah untuk berlama-lama nongkrong dan bahkan menjadi ketagihan untuk membeli. begitu banyak variasi rasa minuman, seperti kopi yang memiliki berbagai varian rasa. kondisi ini menjadi tantangan bagi para penjual teh atau sering disebut dengan istilah moci yang ada dipinggir-pinggir jalan untuk mempertahankan dagangannya, sementara varian yang di jual hanya teh dan mendoan. keraifan lokal yang ada di kota Tegal salah satunya adalah tradisi "moci" atau minum teh bareng. selayaknya kita sebagai penerus dapat terus melestarikannya dan jangan sampai hilang terkikis dengan perubahan zaman.Â
Masyarakat Tegal juga mengenal tradisi "moci", yaitu sebuah tradisi minum teh dalam tempat air bercerat terbuat dari tembikar atau tanah liat. "Moci" sebenarnya berasal dari kata "poci", karena teh biasanya disajikan dalam poci. Kelengkapan poci lainnya adalah cangkir kecil yang juga terbuat dari tanah liat. Teh khas Tegal dikenal dengan rasanya yang 'wasgitel', yaitu wangi, panas, sepet, legi, lan (dan) kenthel. Aroma wangi berasal dari bunga melati yang berasal dari kebun melati di sekitar kabupaten Tegal, Pemalang dan Brebes
Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat {local knowledge) atau kecerdasan setempat (locagenious). Menurut Wagiran (dalam Istiawati, 2016:7) kearifan lokal merupakan modal pembentukan karakter leluhur.salah satu kearifan lokal yang ada kota Tegal adalah tradisi moci bareng, tradisi yang selayaknya harus terus kita lestarikan agar tdk hilang begitu saja apalagi di kota Tegal banyak tempat usaha pembuatan teh yang harus kita terus kembangkan agar menjadikan masyarakat Tegal hidup makmur.Â