Mohon tunggu...
Naila SariSugiarti
Naila SariSugiarti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Sejarah dan Peradaban Islam UIN jakarta

always be happy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menolak Lupa, Memulihkan Sejarah: Suara Di Balik Prahara Tragedi '65 (Resensi Buku)

13 Desember 2020   11:22 Diperbarui: 13 Desember 2020   11:38 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampul buku, kredit: Penerbit Galangpress

Keterangan buku :

Judul  : Suara Di Balik Prahara: Berbagi Narasi Tentang Tragedi '65

Penulis : Baskara T. Wardaya, SJ, et. al.

Penerbit : Penerbit Galangpress (Anggota IKAPI), 2011

Halaman : 398 halaman

Mengapa narasi-narasi para survivor tragedi '65 perlu ditulis secepatnya ?

Berbagai narasi sejarah telah membawa kita pada kebenaran historis. Terlebih narasi yang dianggap hanya masa lalu yang gelap atau memalukan hingga harus dilupakan, diabaikan hingga dibungkam. Padahal narasi-narasi inilah yang diperlukan dalam menyoroti periode sejarah suatu bangsa.

Buku dengan kumpulan narasi yang berjudul Suara Di Balik Prahara penting untuk dibaca, karena didalamnya berisi narasi yang dapat memperkaya pembaca dengan berbagai dimensi pribadi dari peristiwa yang dialami rakyat indonesia setalah tanggal 1 oktober 1965 yang cenderung tersembunyi.

Peristiwa yang terjadi di tahun '65 sebenarnya terdapaat dua peristiwa yang tak terpisahkan namun dapat dibedakan. Pertama, peristiwa penculikan dan pembunuhan yang terjadi pada 1 oktober 1965 dini hari di Jakarta.  Kedua, peristiwa pembantaian massal yang mulai terjadi di daerah Jawa Tengah pada pekan ketiga di bulan Oktober 1965, yang berlanjut di Jawa Timur pada bulan November 1965 dan di Bali pada bulan Desember 1965.  Dalam peristiwa pertama, yang menjadi korban adalah tujuh perwira tinggi militer yang semuanya tinggal di Jakarta. Dalam peristiwa kedua, yang menjadi korban adalah ratusan ribu warga sipil yang tinggalnya tersebar  di Indonesia.

Narasi Para Saksi

Narasi ini berasal dari orang-orang yang tidak menjadi korban. Misalnya dari kalangan militer yang melihat apa yang terjadi di tahun 1965 ialah puncak dari sebuah ketegangan politik yang telah berlangsung sejak tahun 1963. Narasumber lain melihat bahwa kondisi perekonomian saat itu sangat sulit yang membuat masyarakat resah dan mudah terprovokasi.

"Bagi Sofyan, tragedi 1965  merupakan sesuatu yang rumit. Tragedi itu melibatkan massa, sehingga menurutnya  "kalau tragedi itu dibebankan pada tentara saja ya itu tidak bisa." menurutnya bahwa apa yang terjadi itu merupakan akibat dari perbuatan partai komunis Indonesia." (dimata seorang tentara). 

Narasi Para Mantan Korban

Menurut narasi resmi para korban yang ditangkap dan dipenjarakan atau dibunuh secara massal dalam tregedi '65 itu diperlakukan demikian karena mereka terlibat dalam aksi "pengkhianatan" (menurut istlah Orde Baru) yang dilakukan G30S pada tanggal 1 oktober 1965. Meski demikian realita di lapangan cukup berbeda. "Saya dimintai keterangan atas berbagai aktivitas politik  yang saya lakukan. Tentu saja proses interogasi ini luar biasalah. Saya dibentak, dihardik, dimaki, dan sebagainya. " (dari kacamata seorang mantan Pejuang Kemerdekaan RI).

Generasi Muda, Lembaga Keagamaan Dan Tragedi '65

Dalam dua bagian diatas merupakan narasi dari para saksi maupun korban. Selain itu, salah satu dimensi penting dalam tragedi ini adalah dimensi keagamaan. Seperti yang kita tahu salah satu unsur yang mendorong histeria pembnuhan dan penangkapan massal adalah tuduhan bahwa para angggota dan simpatisan PKI itu atheis. Berkaitan dengan peristiwa yang terjadi para lembaga keagamaan juga memiliki pandangan dan sikap yang beragam.

Baskara dalam buku ini memperlihatkan pentingnya upaya penggalian sejarah melalui wawancara dengan para pengamat yang bukan merupkan korban langsung. Selain mendapat kebenaran tentang tragedi '65, terdapat juga pengakuan bahwa pada tahun 1965 telah benar-benar terjadi suatu tindak kekerasan, pelanggaran HAM, penderitaan, dan kerusuhan sosial yang berskala massif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun