"Bagi Sofyan, tragedi 1965  merupakan sesuatu yang rumit. Tragedi itu melibatkan massa, sehingga menurutnya  "kalau tragedi itu dibebankan pada tentara saja ya itu tidak bisa." menurutnya bahwa apa yang terjadi itu merupakan akibat dari perbuatan partai komunis Indonesia." (dimata seorang tentara).Â
Narasi Para Mantan Korban
Menurut narasi resmi para korban yang ditangkap dan dipenjarakan atau dibunuh secara massal dalam tregedi '65 itu diperlakukan demikian karena mereka terlibat dalam aksi "pengkhianatan" (menurut istlah Orde Baru) yang dilakukan G30S pada tanggal 1 oktober 1965. Meski demikian realita di lapangan cukup berbeda. "Saya dimintai keterangan atas berbagai aktivitas politik  yang saya lakukan. Tentu saja proses interogasi ini luar biasalah. Saya dibentak, dihardik, dimaki, dan sebagainya. " (dari kacamata seorang mantan Pejuang Kemerdekaan RI).
Generasi Muda, Lembaga Keagamaan Dan Tragedi '65
Dalam dua bagian diatas merupakan narasi dari para saksi maupun korban. Selain itu, salah satu dimensi penting dalam tragedi ini adalah dimensi keagamaan. Seperti yang kita tahu salah satu unsur yang mendorong histeria pembnuhan dan penangkapan massal adalah tuduhan bahwa para angggota dan simpatisan PKI itu atheis. Berkaitan dengan peristiwa yang terjadi para lembaga keagamaan juga memiliki pandangan dan sikap yang beragam.
Baskara dalam buku ini memperlihatkan pentingnya upaya penggalian sejarah melalui wawancara dengan para pengamat yang bukan merupkan korban langsung. Selain mendapat kebenaran tentang tragedi '65, terdapat juga pengakuan bahwa pada tahun 1965 telah benar-benar terjadi suatu tindak kekerasan, pelanggaran HAM, penderitaan, dan kerusuhan sosial yang berskala massif.