Suara bel kereta api hari itu kian mendekat. Aku mencoba untuk sadar sepenuhnya bahwa hari ini tepat dimana aku memulai perjalanan hidup yang baru. Aku berkali-kali meyakinkan diriku sendiri bahwa ini bukan hanya perjalanan fisik, namun juga perjalanan hidup.
Di kursi dekat jendela, aku diam termenung, memandangi rel yang memanjang tak berujung. Ada banyak ketakutan yang aku rasakan hari itu antara takut, cemas, dan harap. Ini bukan sekadar perjalanan dari rumah ke Yogyakarta. Ini adalah langkah pertama menuju mimpi, menuju hidup yang ingin aku perjuangkan sendiri.Â
Aku tidak sendiri, terlebih dahulu R.A. Kartini yang memulai perjuangan ini. Seorang perempuan yang juga berani bermimpi besar di tengah keterbatasan. Hari ini, di atas kereta ini, aku merasa menjadi bagian kecil dari semangat itu.
Keputusan untuk merantau jauh ke Kota Yogyakarta sudah aku pikirkan jauh-jauh hari, tapi rasanya seakan hari ini sangat belum siap memulai perjalanan ini.Â
Di balik semua itu, ada air mata yang tertahan saat berpamit dari rumah, ada doa yang tulus dari seorang Bapak Ibu, dan ada beribu harapan yang ku rangkul sendiri untuk mewujudkan semua impian.Â
Aku tahu rasanya jauh dari rumah sendirian, terasa sepi. Tapi aku percaya langkah demi langkah yang aku ambil akan membawaku lebih dekat dengan cita-cita.
Perjuangan Kartini untuk mewujudkan hak belajar perempuan dan berpikir bebas bisa kita rasakan sampai detik ini. Perjuangan ini sungguh tidak mudah, termasuk langkahku meninggalkan rumah kampung halaman demi meraih pendidikan.Â
Menjadi perempuan bukan hanya ditakdirkan duduk di depan tungku saja, justru sekarang perempuan diberikan kebebasan untuk menjemput mimpi-mimpinya.Â
Jangan sampai para perempuan menyiakan kesempatan ini. Di tengah keraguan diri sendiri, aku belajar untuk tetap melangkah sedikit demi sedikit.Â
Karena setiap perempuan punya hak untuk bermimpi besar dan mewujudkannya. Dan kereta ini menjadi saksi, bahwa mimpi-mimpi itu sedang bergerak menjemput kenyataan.Â
Aku datang ke Yogyakarta bukan hanya untuk mengejar gelar, tapi juga untuk belajar menemukan versi terbaik dari diriku sendiri.Â