Mohon tunggu...
Nahwandi
Nahwandi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seni Islami Marawis di Hiqma

3 Mei 2018   19:40 Diperbarui: 3 Mei 2018   20:17 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmanirrahi.

Sejarah marawis

Mengenai Sejarah masuknya kesenian Ini ke Indonesia, pertama kali kesenian ini dibawa oleh para Ulama Hadramout (yaman) yang berdakwah ke Indonesia dan dipentaskan pertama kali di Kota Madura, hal ini terjadi akhir abad ke 19 M. 

Selain di Kota madura kesenian ini juga dibawa ke daerah Bondowoso (kawasan kecil yang terletak di ujung timur Propinsi Jawa Timur) dan kesenian ini menjadi popluer di kota Bondowoso karena antusias masyarakat di Bondowoso yang ingin mempelajari dan menekuni kesenian ini. sehingga sampai saat ini Diakui oleh seluruh pemerhati kebudayaan Hajaer marawis bahwa Kesenian Marawis Pupoler pertama kali di Bondowoso.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Secara Umum, Alat musik ini terdiri dari: hajir (gendang besar) berdiameter 45 Cm dengan tinggi 60-70 Cm, marawis (gendang kecil) berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm, dumbuk atau (jimbe) (sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh sentimeter. Kadang kala perkusi dilengkapi dengan Markis atau krecekdan dan Symbal yang berdiameter kecil.

Dalam Katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat tiga jenis pukulan atau nada, yaitu zapin, sarah, dan zahifah. Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. 

Nada zapin adalah nada yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Tempo nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.

Pukulan sarah sering dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahifah mengiringi lagu di majlas. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. 

Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul atau tanya jawab. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.

Indonesia sudah tidak asing lagi dengan marawis , banyak pondok-pondok pesantren sekolah-sekolah yang mempelajari dan memainkan marawis untuk syiar seni islami. di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang notabene mahasiswa/mahasiswi nya muslim tidak kalah perannya dalam bidang tersebut. 

Salah satunya pada UKM HIQMA ( Unit Kegiatan Mahasiswa ), ( Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa ) yang didirikan oleh para qari-qariah senior seperti Ustadz H. Syarifuddin Muhammad dkk . Atas perjuangan beliau dan kawan-kawannya lahirlah HIQMA yang bergerak di basis Al Qur'an. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun